RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( R P P )
Nama Sekolah : ..................................
Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas : VI (Enam)
Semester : I (Satu)
Alokasi Waktu : 2 x 35
menit.
Standar Kompetensi**
1. Menghargai nilai-nilai juang
dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara.
Kompetensi Dasar
1.1 Mendeskripsikan nilai-nilai juang
dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara.
Indikator
1.1.1.
Mendiskripsikan nilai-nilai juang para pahlawan
1.1.2.
Menceritakan
arti dan
nilai Kebangkitan Nasional.
A. Tujuan Pembelajaran
§
Siswa
mampu mendeskripsikan nilai-nilai juang para pahlawan dengan rasa hormat dan perhatian ( respect ).
§
Siswa
mampu menjelaskan proses perjuangan meraih kemerdekaan.
§
Siswa
mampu menyebutkan macam-macam perlawanan di daerah pada masa penjajahan.
§
Siswa
mampu menceritakan arti dan nilai Kebangkitan Nasional.
v
Karakter siswa yang diharapkan : Dapat dipercaya ( Trustworthines), Rasa hormat dan perhatian ( respect ), Tekun ( diligence ) , Tanggung jawab ( responsibility ) Berani (
courage ), Integritas ( integrity ),
Peduli ( caring ), Jujur ( fairnes ) dan Kewarganegaraan ( citizenship )
B. Materi Ajar
§
Indonesia
dijajah oleh bangsa asing.
C. Pendekatan dan Metode Pembelajaran
§
Pendekatan
kontekstual.
§
Pendekatan
Cooperatif Learning.
§
Diskusi
dengan teman sebangku.
§
Tanya
jawab.
§
Penugasan.
D. Langkah-langkah Kegiatan
§
Kegiatan Awal
a. Mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan
agama, presensi, apersepsi dan kepercayaan masing-masing, untuk mengawali
pelajaran.
b. Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan
pembelajaran
c. Mengajak siswa bertanya jawab tentang
kegiatan selama liburan.
d. Dilanjutkan dengan bertanya jawab tentang
nama dan asal pahlawan Indonesia.
§
Kegiatan Inti
& Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
a. Semua siswa diminta menyimak teks yang
dibaca oleh siswa yang ditunjuk secara bergiliran mengenai Indonesia
dijajah oleh bangsa asing.
b. Bertanya jawab mengenai suasana pada masa
penjajahan.
c. Bertanya jawab mengenai bangsa apa yang
pertama kali datang dan menjajah Indonesia.
d. Guru menunjukkan foto/gambar para pahlawan
daerah dan menanyakan nama dan asalnya.
e. Guru menjelaskan mengapa timbul perlawanan
rakyat di berbagai wilayah.
f. Bersama pasangan, siswa ditugaskan
mendeskripsikan nilai-nilai juang para pahlawan dengan rasa hormat dan
perhatian ( respect ).
& Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
a. Melakukan
Tanya jawab dengan siswa
b. Memberikan
kesempatan kepada siswa mengemukakan pendapatnya
c. Memberikan
tugas dalam bentuk LKS
& Konfirmasi
Dalam
kegiatan konfirmasi, guru:
a. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang
belum diketahui siswa
b.
Guru
bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan
penguatan dan penyimpulan
§ Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a. Siswa dan guru bertanya jawab tentang
materi yang telah dipelajari selama pertemuan itu untuk mengetahui pencapaian
Indikator Pencapaian Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
b. Siswa dan guru membuat kesimpulan materi
yang telah dipelajari.
c. Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
E. Sumber/Bahan Belajar
§
Gambar/foto
para pahlawan.
§
Buku
paket (Buku Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Kelas 6, terbitan
narasumber umum)
§
Surat
Kabar, dst.
F. Penilaian
1. Jenis/Teknik
Penilaian
a. Penilaian
Sikap : Rasa ingin tahu,
Kerjasama
b. Penilaian
Pengetahuan : Tertulis
c. Penilaian
Keterampilan : Unjuk Kerja
2. Bentuk
Instrumen dan Pedoman Penskoran
Penilaian
sikap
Penilaian
Sikap (rasa ingin tahu dan kerjasama)
Nama
|
Rasa Ingin Tahu
|
Kerjasama
|
||||||
Sangat baik
|
Baik
|
Cukup
|
Perlu
Bimbingan
|
Sangat baik
|
Baik
|
Cukup
|
Perlu
Bimbingan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
dst
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penilaian Sikap (kemandirian dan ketertiban)
No
|
Nama Siswa
|
Sangat baik (4)
|
Baik
(3)
|
Cukup
(2)
|
Berlatih lagi (1)
|
1
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
5
|
dst
|
|
|
|
|
Descriptor
1. Tertib
2.
Mengikuti
instuksi
3.
Tepat
waktu
4. mandiri
Penilaian Pengetahuan
Indikator Pencapaian
Kompetensi
|
Teknik Penilaian
|
Bentuk Instrumen
|
Instrumen/ Soal
|
§ mendiskripsi-kan
nilai-nilai juang para pahlawan
§ Menceritakanarti
dan nilai Kebangkitan Nasional.
§ Menceritakan
arti dan nilai Sumpah Pemuda dengan
rasa hormat dan perhatian ( respect ).
|
§ Tugas
individu
|
§ Penilaian
lisan.
§ Penilaian
tulis
§ Penilaian
sikap
|
§ Menceritakan
mengapa Indonesia dapat dijajah selama ratusan tahun oleh bangsa asing.
§ Menjelaskan
nilai yang terkandung pada Sumpah Pemuda untuk diterapkan pada
masa sekarang ini.
|
CATATAN :
Nilai = ( Jumlah skor : jumlah skor maksimal
) X 10.
v
Untuk
siswa yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan Remedial.
Penilaian Keterampilan:
Mengkomunikasikan Hasil
No
|
Nama
|
Bagus sekali (4)
|
Bagus
(3)
|
Cukup
(2)
|
Berlatih lagi (1)
|
Penjelasan mudah dipahami,
pemilihan
kata
sesuai
dengan
bahasa
Indonesia baku.
|
Penjelasan mudah
dipahami, emilihan beberapa kata sesuai dengan bahasa
Indonesia
baku.
|
Penjelasan kurang dipahami, emilihan beberapa kata
sesuai/tidak sesuai dengan bahasa Indonesia baku.
|
Penjelasan
sulit
dipahami,
pemilihan kata
tidak
sesuai dengan bahasa
Indonesia
baku
|
||
1
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
5
|
dst
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
............,
......................20 ...
Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mapel PKN.
.................................. ..................................
NIP
: NIP
:
LEMBAR
KERJA SISWA
NAMA SISWA :
KELAS :
MATA PELAJARAN :
Jawablah pertanyaan di
bawah ini!
1. Jelaskan mengapa
Indonesia dapat dijajah selama ratusan tahun oleh bangsa asing.
2. Bagaimana pendapatmu tentang apa kamu
yang harus dilakukan sekarang untuk mengisi kemerdekaan
3. Jelaskan
nilai yang terkandung pada Sumpah Pemuda untuk diterapkan pada masa
sekarang ini.
BAHAN AJAR PPKN
Standar Kompetensi**
1.
Menghargai nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai
Dasar Negara.
Kompetensi Dasar
1.
Mendiskripsi-kan
nilai-nilai juang dalam proses perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara.
Indikator
1.1.1.
Mendiskripsi-kan nilai-nilai juang para
pahlawan
1.1.2.
Menceritakan arti dan nilai
Kebangkitan Nasional.
Tujuan Pembelajaran
§ Siswa mampu mendeskripsikan nilai-nilai
juang para pahlawan dengan rasa
hormat dan perhatian ( respect ).
§ Siswa mampu menjelaskan proses perjuangan
meraih kemerdekaan.
§ Siswa mampu menyebutkan macam-macam
perlawanan di daerah pada masa penjajahan.
§ Siswa mampu menceritakan arti dan nilai
Kebangkitan Nasional.
NEGARA-NEGARA PENJAJAH
INDONESIA
Zaman Portugis
Keahlian
bangsa Portugis dalam navigasi, pembuatan kapal dan persenjataan memungkinkan
mereka untuk melakukan ekspedisi eksplorasi dan ekspansi. Dimulai dengan
ekspedisi eksplorasi yang dikirim dari Malaka yang baru ditaklukkan dalam tahun
1512, bangsa Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang tiba di kepulauan
yang sekarang menjadi Indonesia, dan mencoba untuk menguasai sumber
rempah-rempah yang berharga [2] dan untuk memperluas usaha misionaris Katolik
Roma. Upaya pertama Portugis untuk menguasai kepulauan Indonesia adalah dengan
menyambut tawaran kerjasama dari Kerajaan Sunda.
Pada
awal abad ke-16, pelabuhan-pelabuhan perdagangan penting di pantai utara Pulau
Jawa sudah dikuasai oleh Kesultanan Demak, termasuk dua pelabuhan Kerajaan
Sunda yaitu Banten dan Cirebon. Khawatir peran pelabuhan Sunda Kelapa semakin
lemah, raja Sunda, Sri Baduga (Prabu Siliwangi) mencari bantuan untuk menjamin
kelangsungan pelabuhan utama kerajaannya itu. Pilihan jatuh ke Portugis,
penguasa Malaka. Dengan demikian, pada tahun 1512 dan 1521, Sri Baduga mengutus
putra mahkota, Surawisesa, ke Malaka untuk meminta Portugis menandatangani
perjanjian dagang, terutama lada, serta memberi hak membangun benteng di Sunda
Kelapa.[3]
Pada
tahun 1522, pihak Portugis siap membentuk koalisi dengan Sunda untuk memperoleh
akses perdagangan lada yang menguntungkan. Tahun tersebut bertepatan dengan
diselesaikan penjelajahan dunia oleh Magellan.
Komandan
benteng Malaka pada saat itu adalah Jorge de Albuquerque. Tahun itu pula dia
mengirim sebuah kapal, São Sebastião, di bawah komandan Kapten Enrique Leme, ke
Sunda Kalapa disertai dengan barang-barang berharga untuk dipersembahkan kepada
raja Sunda. Dua sumber tertulis menggambarkan akhir dari perjanjian tersebut
secara terperinci. Yang pertama adalah dokumen asli Portugis yang berasal dari
tahun 1522 yang berisi naskah perjanjian dan tandatangan para saksi, dan yang
kedua adalah laporan kejadian yang disampaikan oleh João de Barros dalam
bukunya "Da Asia", yang dicetak tidak lama sebelum tahun 1777/78.
Menurut sumber-sumber sejarah ini, raja Sunda menyambut hangat kedatangan orang Portugis. Saat itu Prabu Surawisesa telah naik tahta menggantikan ayahandanya dan Barros memanggilnya "raja Samio". Raja Sunda sepakat dengan perjanjian persahabatan dengan raja Portugal dan memutuskan untuk memberikan tanah di mulut Ciliwung sebagai tempat berlabuh kapal-kapal Portugis. Selain itu, raja Sunda berjanji jika pembangunan benteng sudah dimulai maka beliau akan menyumbangkan seribu karung lada kepada Portugis. Dokumen kontrak tersebut dibuat rangkap dua, satu salinan untuk raja Sunda dan satu lagi untuk raja Portugal; keduanya ditandatangani pada tanggal 21 Agustus 1522.
Menurut sumber-sumber sejarah ini, raja Sunda menyambut hangat kedatangan orang Portugis. Saat itu Prabu Surawisesa telah naik tahta menggantikan ayahandanya dan Barros memanggilnya "raja Samio". Raja Sunda sepakat dengan perjanjian persahabatan dengan raja Portugal dan memutuskan untuk memberikan tanah di mulut Ciliwung sebagai tempat berlabuh kapal-kapal Portugis. Selain itu, raja Sunda berjanji jika pembangunan benteng sudah dimulai maka beliau akan menyumbangkan seribu karung lada kepada Portugis. Dokumen kontrak tersebut dibuat rangkap dua, satu salinan untuk raja Sunda dan satu lagi untuk raja Portugal; keduanya ditandatangani pada tanggal 21 Agustus 1522.
Pada
dokumen perjanjian, saksi dari Kerajaan Sunda adalah Padam Tumungo,
Samgydepaty, e outre Benegar e easy o xabandar, maksudnya adalah "Yang
Dipertuan Tumenggung, Sang Adipati, Bendahara dan Syahbandar Sunda
Kelapa". Saksi dari pihak Portugis, seperti dilaporkan sejarawan Porto
bernama João de Barros, ada delapan orang. Saksi dari Kerajaan Sunda tidak
menandatangani dokumen, mereka melegalisasinya dengan adat istiadat melalui
"selamatan". Sekarang, satu salinan perjanjian ini tersimpan di
Museum Nasional Republik Indonesia, Jakarta.
ada hari penandatangan perjanjian tersebut, beberapa bangsawan Kerajaan Sunda bersama Enrique Leme dan rombongannya pergi ke tanah yang akan menjadi tempat benteng pertahanan di mulut Ci Liwung. Mereka mendirikan prasasti, yang disebut Luso-Sundanese padrão, di daerah yang sekarang menjadi Kelurahan Tugu di Jakarta Utara. Adalah merupakan kebiasaan bangsa Portugis untuk mendirikan padrao saat mereka menemukan tanah baru. Padrao tersebut sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta.
ada hari penandatangan perjanjian tersebut, beberapa bangsawan Kerajaan Sunda bersama Enrique Leme dan rombongannya pergi ke tanah yang akan menjadi tempat benteng pertahanan di mulut Ci Liwung. Mereka mendirikan prasasti, yang disebut Luso-Sundanese padrão, di daerah yang sekarang menjadi Kelurahan Tugu di Jakarta Utara. Adalah merupakan kebiasaan bangsa Portugis untuk mendirikan padrao saat mereka menemukan tanah baru. Padrao tersebut sekarang disimpan di Museum Nasional Jakarta.
Portugis
gagal untuk memenuhi janjinya untuk kembali ke Sunda Kalapa pada tahun
berikutnya untuk membangun benteng dikarenakan adanya masalah di Goa/India.
Perjanjian inilah yang memicu serangan tentara Kesultanan Demak ke Sunda Kelapa pada tahun 1527 dan berhasil mengusir orang Portugis dari Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527. Tanggal ini di kemudian hari dijadikan hari berdirinya Jakarta.
Perjanjian inilah yang memicu serangan tentara Kesultanan Demak ke Sunda Kelapa pada tahun 1527 dan berhasil mengusir orang Portugis dari Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527. Tanggal ini di kemudian hari dijadikan hari berdirinya Jakarta.
Gagal
menguasai pulau Jawa, bangsa Portugis mengalihkan perhatian ke arah timur yaitu
ke Maluku. Melalui penaklukan militer dan persekutuan dengan para pemimpin
lokal, bangsa Portugis mendirikan pelabuhan dagang, benteng, dan misi-misi di
Indonesia bagian timur termasuk pulau-pulau Ternate, Ambon, dan Solor. Namun
demikian, minat kegiatan misionaris bangsa Portugis terjadi pada pertengahan
abad ke-16, setelah usaha penaklukan militer di kepulauan ini berhenti dan
minat mereka beralih kepada Jepang, Makao dan Cina; serta gula di Brazil.
Kehadiran
Portugis di Indonesia terbatas pada Solor, Flores dan Timor Portugis setelah
mereka mengalami kekalahan dalam tahun 1575 di Ternate, dan setelah penaklukan
Belanda atas Ambon, Maluku Utara dan Banda.[4] Pengaruh Portugis terhadap
budaya Indonesia relatif kecil: sejumlah nama marga Portugis pada masyarakat
keturunan Portugis di Tugu, Jakarta Utara, musik keroncong, dan nama keluarga
di Indonesia bagian timur seperti da Costa, Dias, de Fretes, Gonsalves, Queljo,
dll. Dalam bahasa Indonesia juga terdapat sejumlah kata pinjaman dari bahasa
Portugis, seperti sinyo, nona, kemeja, jendela, sabun, keju, dll.
Zaman
Spanyol
Pelaut
Spanyol berhasil mencapai Kepulauan Maluku pada tahun 1521 setelah terlebih
dahulu singgah di Filipina disambut baik oleh rakyat Tidore. Bangsa Spanyol
dimanfaatkan oleh rakyat Tidore untuk bersekutu dalam melawan rakyat Ternate.
Maka pada tahun 1534, diterbitkan perjanjian Saragosa (tahun 1534) yang isinya
antara lain pernyataan bahwa bangsa Spanyol memperoleh wilayah perdagangan di
Filipina sedangkan bangsa Portugis tetap berada di Kepulauan Maluku.
Zaman
Belanda
Pada
zaman penjajahan Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch-Indie
(Hindia Belanda), sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai
istilah To-Indo (Hindia Timur).
Sebelum
revolusi industri, profesi akuntan belum dikenal secara resmi di Amerika
ataupun di Inggris. Namun terdapat beberapa fungsi dalam manajemen perusahaan
yang dapat disamakan dengan fungsi pemeriksaan. Selama masa penjajahan kolonial
Belanda yang menjadi anggota profesi akuntan adalah akuntan-akuntan Belanda dan
beberapa akuntan Indonesia. Pada waktu itu pendidikan yang ada bagi rakyat
pribumi adalah pendidikan tata buku diberikan secara formal pada sekolah.
Kepulauan
Seribu yang terletak di teluk Jakarta pada zaman penjajahan Belanda adalah
perairan yang sibuk. Tahun 1619, ketika VOC mencengkeram tanah Jawa, Pulau
Onrust, dan sekitarnya, termasuk Pulau Bidadari, dibuatlah benteng pertahanan
... Pasalnya, pulau ini tak pernah sepi dari aktivitas bongkar muat kapal di
masa itu. Sayangnya, benteng-benteng di Kepulauan Seribu ini berhasil
dikalahkan Inggris di tahun 1800. Setelah dibangun lagi di tahun 1840 sebagai
pangkalan .
Pada
tahun 1945, pengguna bahasa Melayu selain Republik Indonesia masih dijajah
Inggris. Malaysia, Brunei, dan Singapura masih dijajah Inggris. Pada saat itu,
dengan menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan, diharapkan di
negara- negara kawasan seperti ... Hal ini sudah dilakukan pada zaman
Penjajahan Jepang. Mulanya Bahasa Indonesia ditulis dengan tulisan Latin-Romawi
mengikuti ejaan Belanda, hingga tahun 1972 ketika Ejaan Yang Disempurnakan
(EYD) dicanangkan.
Kecuali
Indonesia dan Papua Barat sama-sama merupakan bagian penjajahan Belanda, kedua
bangsa ini sungguh tidak memiliki garis paralel maupun hubungan politik sepanjang
perkembangan sejarah. Masa depan: Tidak diikut-sertakannya rakyat Papua Barat
sebagai subjek masalah di dalam Konferensi Meja Bundar, New York Agreement yang
mendasari Act of Free Choice, Roma Agreement dan lain-lainnya merupakan
pelecehan hak penentuan nasib sendiri yang dilakukan oleh pemerintah.
Menurut
sejarah, kerajaan yang pernah menguasai Bangka Belitung adalah Sriwijaya,
Majapahit, Malaka, Johor, Mataram, Banten dan Kesultanan Palembang. Selain itu,
Bangka Belitung juga pernah dikuasasi oleh penjajah Belanda dan Inggris.
Eropa Barat, terutama Inggris menjadi pusat perdagangan pada masa revolusi industri. Pada waktu itu pula akuntansi mulai berkembang dengan pesat. Pada akhir abad ke-19, sistem pembukuan berpasangan berkembang di Amerika Serikat yang disebut ... Pada Zaman penjajahan Belanda, perusahaan- perusahaan di Indonesia menggunakan tata buku. Akuntansi tidak sama dengan tata buku walaupun asalnya sama-sama dari pembukuan berpasangan. Akuntansi sangat luas ruang lingkupnya. Pada masa penjajahan Belanda, terdapat lembaga semacam parlemen bentukan Penjajah Belanda yang dinamakan Volksraad. Pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda mengakhiri masa penjajahan selama 350 tahun di Indonesia.
Zaman Inggris
Eropa Barat, terutama Inggris menjadi pusat perdagangan pada masa revolusi industri. Pada waktu itu pula akuntansi mulai berkembang dengan pesat. Pada akhir abad ke-19, sistem pembukuan berpasangan berkembang di Amerika Serikat yang disebut ... Pada Zaman penjajahan Belanda, perusahaan- perusahaan di Indonesia menggunakan tata buku. Akuntansi tidak sama dengan tata buku walaupun asalnya sama-sama dari pembukuan berpasangan. Akuntansi sangat luas ruang lingkupnya. Pada masa penjajahan Belanda, terdapat lembaga semacam parlemen bentukan Penjajah Belanda yang dinamakan Volksraad. Pada tanggal 8 Maret 1942 Belanda mengakhiri masa penjajahan selama 350 tahun di Indonesia.
Zaman Inggris
Pemerintah
Inggris mulai menguasai Indonesia sejak tahun 1811 pemerintah Inggris
mengangkat Thomas Stamford Raffles (TSR) sebagai Gubernur Jenderal di
Indonesia. Ketika TSR berkuasa sejak 17 September 1811, ia telah menempuh
beberapa langkah yang dipertimbangkan, baik di bidang ekonomi, social, dan budaya.
Penyerahan kembali wilayah Indonesia yang dikuasai Inggris dilaksanakan pada
tahun 1816 dalam suatu penandatanganan perjanjian. Pemerintah Inggris diwakili
oleh John Fendall, sedangkan pihak dari Belanda diwakili oleh Van Der Cappelen.
Sejak tahun 1816, berakhirlah kekuasaan Inggris di Indonesia.
Zaman Jepang
Zaman Jepang
Masa
penjajahan Jepang di Indonesia dimulai pada tahun 1942 dan berakhir pada
tanggal 17 Agustus 1945 seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh
Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Pada Mei
1940, awal Perang Dunia II, Belanda diduduki oleh Nazi Jerman. Hindia-Belanda
mengumumkan keadaan siaga dan di Juli mengalihkan ekspor untuk Jepang ke AS dan
Britania. Negosiasi dengan Jepang yang bertujuan untuk mengamankan persediaan
bahan bakar pesawat gagal di Juni 1941, dan Jepang memulai penaklukan Asia
Tenggara di bulan Desember tahun itu. Di bulan yang sama, faksi dari Sumatra
menerima bantuan Jepang untuk mengadakan revolusi terhadap pemerintahan
Belanda. Pasukan Belanda yang terakhir dikalahkan Jepang pada Maret 1942.
Pada
Juli 1942, Soekarno menerima tawaran Jepang untuk mengadakan kampanye publik
dan membentuk pemerintahan yang juga dapat memberikan jawaban terhadap
kebutuhan militer Jepang. Soekarno, Mohammad Hatta, dan para Kyai didekorasi
oleh Kaisar Jepang pada tahun 1943. Tetapi, pengalaman dari penguasaan Jepang
di Indonesia sangat bervariasi, tergantung di mana seseorang hidup dan status
sosial orang tersebut. Bagi yang tinggal di daerah yang dianggap penting dalam
peperangan, mereka mengalami siksaan, terlibat perbudakan seks, penahanan
sembarang dan hukuman mati, dan kejahatan perang lainnya. Orang Belanda dan
campuran Indonesia-Belanda merupakan target sasaran dalam penguasaan Jepang.
PAHLAWAN DARI DAERAH
1.
Kapiten Pattimura
Lahir : Saparua, Maluku, 8 Juni 1783
Wafat : Ambon, 16 Desember 1817
Makam : Ambon
Bernama asli Thomas Mattulessi,
Pattimura pernah mengikuti pendidikan militer saat Inggris berkuasa di Maluku
dan memperoleh pangkat sersan mayor. Namun, belanda kembali berkuasa di Maluku
karena terikat pada Konvesi London (13 Agustus 1814), yaitu perjanjian yang
mewajibka Inggris untk mengembalikan wilayah Nusantara kepada Belanda termasuk
Maluku.
Pada tanggal 14 Mei 1817, seluruh
rakyat Separua bersumpah setia mengangkat Thomas Mattulessi sebagai Kapiten
Pattimurs untuk mrlakukan pemberontakan terhadap Belanda. Pada tanggal 16 Mei
1817, Pattimura berhasil merebut Benteng Duurstede dan menewaskan Residen Van
den Berg. Perjuangan Kapiten Pattimura dibantu oleh Paulus Tiahahu dari Nusa
Laut, Anthony Reebook wakilnya di Saparua, dan Kapiten Philip Latumahina.
Akibatnya pengkhianatan Raja Booi
dan politik devide et empera, akhirnya pada tanggal 11 November 1817 Pattimura
berhasil ditangkap oleh Belanda. Pattimura ditangkap bersama pemimpin-pemimpin
lainnya dan dijatuhi hukuman mati.
Pada tanggal 16 Desember 1817,
Kapiten Pattimura, Anthony Reebook, Philip Latumahina dan Said Parintah dihukum
mati dengan cara digantung di depan benteng Nieuw Victoria di Ambon. Sementara
itu Paulus Tiahahu dihukum tembak mati di depan rakyatnya di Nusa Laut.
Untuk menghormati jasa-jasa Kapiten
Pattimura, berdasarkan surat keputusan Presiden RI. NO. 087 / TK /b1973,
pemerintah menganugrahkan gelar Pahlawan Nasional kepadanya.
2.
Pangeran Antasari
Lahir : Banjarmasin, 1797
Wafat : Bayan Begak, 11 Oktober 1862
Makam : Banjarmasin
Perlawanan rakyar Banjarmasin terhadap Belanda dimulai saat
Belanda mengangkat Tamjidillah sebagai sultan Banjar menggantikan Sultan Adam
yang wafat. Rakyat Banjat dan Kesultanan Banjar termasuk pangeran Antasari
menuntut agar Pangeran Hidayatullah sebagai pewaris sah tahta Kesultanan
Banjar, harus menjadi Sultan Banjar. Sejak saat itulah rakyat Banjar dengan
dipimpin oleh Pangeran Hidayatullah, Pangeran Antasari dan Demang Leman
mengangkat senjata melawan Belanda.
Pangeran Antasari berhasil menyerang
dan menguasai kedudukan Belanda di Gunung Jabuk. Pangeran Antasari juga
menyerang tambang batubara Belanda di Pengaron. Pejuang-pejuang Banjar juga
berhasil menggelamkan kapal Onrust beserta pemimpinnya, seperti Letnan Van der
Velde dan Letnan Bangert. Peristiwa yang memalukan Belanda ini terjadi atas
siasat Pangeran Antasari dan Tumenggung Suropati.
Pada tahun 1861, Pangeran
Hidayatullah berhasil ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Cianjur, Jawa
Barat. Pangeran Antasari kemudian mengambil alih pimpinan utama. Ia diangkat
oleh rakya sebagai Penembahan Amiruddin Khalifatul Mu'min sehingga kualitas
peperangan menjadi semakin meningkat karena ada unsure agama. Sayang, Pangeran
Antasari akhirnya wafat pada tanggal 11 oktobe 1862 karena penyakit cacar saat
itu sedang mewabah di Kalimantan Selatan. Padahal, saat itu ia sedang
menyiapkann serangan besar-besaran terhadap Belanda.
Untuk menghormati jasa-jasa Pangeran
Antasari berdasarkan keputusaan Presiden RI. NO. 06 / TK/ 1968, Pemerintah
menganugrahkan gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional kepadanya.
3.
Pangeran Diponegoro
Lahir : Yohyakarta, 11 November 1785
Wafat : Makassar, 8 Januari 1885
Makam : Makassar
Nama asli Pangeran Diponegoro adalah Raden Mas Ontowiryo. Ia
juga bergelar "Sultan Abdul Hamid Herucokro Amirulmukmin". Pangeran
Diponegoro adalah anak dari Pangeran Adipati Anom (Hamengkubuwono III) dari
garwa ampeyan (selir). Perlawanan Pangeran Diponegoro dimulai ketika dia dengan
berani mencabut tiang-tiang pencang pembangunan jalan oleh Belanda yang
melewati rumah, masjid, dan makam leluhur Pangeran Diponegoro. Pembanguna jalan
ini dilakukan atas inisiatif Patih Danurejo IV yang menjadi antek Belanda. Belanda
yang dibantu Patih Danurejo IV kemudian menyerang kediaman Pangeran Diponegoro
di Tagalrejo. Sejak saat itu, berkobarlah perang besar yang disebut Perang Jawa
atau Perang Diponegoro (1825-1830).
Belanda sulit mengalahkan Pangeran
Diponegoro yang menggunakan taktik gerilya. Dengan dibantu oleh Kyai Mojo
(Surakarta), sentot Alibasya Prawirodirjo, Pangeran Suryo Mataram, Pangeran
Pak-pak (Serang), Pangeran Diponegoro berhasil memberikan perlawanan yang hebat
kjepada Belanda.
Belanda telah menggunakan berbagai
cara untuk menangkap Pangeran Diponegoro namun gagal. Sampai pada akhirnya
digunakanlah siasat licik dengan berpura-pura mengajak berunding dan berjanji
aka menjaga keselamatannya. Namun ternyata Belanda ingkar janji dan menangkap
Pangeran Diponegoro pada tanggal 28 Maret 1830 saat terjadi perundingan di
Magelang. Tanpa rasa malu Jenderal Hendrik de Kock menangkap Pangeran
Diponegoro agar perang besar di pulau Jawa tersebut dapat segera diakhiri.
Pangeran Diponegoro kemudian dibuang ke Manado dan ditempatkan di Benteng
Amsterdam. Namun, empat tahun kemudian ia dipindahkan ke benteng Rotterdam di
Makassar hingga wafatnya dan dimakamkan di Kampung Melayu, Makassar.
Untuk menghormati jasa-jasa Pangeran
Diponegoro, berdasarkan surat keputusan Presiden RI. NO. 087/TK/1973,
pemerintah menganugrahkan gelar Pahlawan Nasional kepadanya.
4. Sisingamangaraja
XII
Lahir : Bakkara, Tapanuli, 1849
Wafat : Simsim, 17 Juni 1907
Makam : Pulau Samosir
Nama aslinya adalah Patuan Besar
Ompu Pulo Batu. Nama Sisingamangaraja baru dipakai pada tahun 1867, setelah ia
diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya yang mangkat. Sang ayah meninggal
akibat serangan penyakit kolera.
Februari 1878, Sisingamangaraja
mulai melakukan perlawanan terhadap kekuasaan colonial Belanda. Ini dilakukannya
untuk mempertahankann daerah kekuasaannya di Tapanuli yang dicaplok Belanda.
Dimulai dari penyerangan pos-pos Belanda di Bakal Batu, Tarutung. Sejak itu
penyerangan terhadap pos-pos Belanda lainnya terus berlangsung diantaranya
sebagai berikut :
-
Mei 1883, pos Belanda di Ulun dan Balige diserang oleh pasukan
Sisingamangaraja.
-
Tahun 1884, pos Belanda di Tangga Batu juga dihancurkan oleh pasukan
Sisingamangaraja.
Tahun 1907,
Belanda berhasil memperkuat pasukan dan persenjataan. Kondisi ini membuat
pasukan Raja Batak ini semakin terdesak dan terkepung.pada pertempuran yang
berlangsung di Pak-pak inilah Sisingamangaraja XII gugur tepatnya pada tanggal
17 juni 1907. Bersama-sama dengan putrinya (Lopian) dan dua prang putranya
(Patuan Nagari dan Patuan Anggi).
Sisingamangaraja kemudian dimakamkan
di Balige dan selanjutnya kembali dipindahkan ke Pulau Samosir.
Sisingamangaraja XII dianugrahi gelar Pahlawan Nasional berdasarkan SK Presiden
RI NO.590/1961.
5. Sultan
Mahmud Badaruddin II
Lahir : Palembang 1767
Wafat : Ternate, 26 November 1852
Makam : Ternate, Maluku Utara
Semenjak ditunjuk sebagai Sultan
Kerajaan Palembang menggantikan ayahnya Sultan Muhammad Baha'uddin, Mahmud
Badaruddin melakukan perlawanan terhadap Inggris dan Belanda. Ketika Batavia
berhasil disusuki Inggris pada tahun 1811, Sultan Mahmud justru berhasil
membebaskan Palembang dari cengkraman Belanda pada tanggal 14 Mei 1811.
Tahun 1812, peprangan dengan Inggris
dimulai karena Sultan tidak mau mengakui kekuasaan Inggris di Palembang. Maret
1812, Inggris berhasil menguasai Palembang dan mengangkat Najamuddin
menggantikan Sultan Mahmud Badaruddin II yang menyingkir ke Muara Rawas.
Berdasarkan Konvesi London tahun
1814, kekuasaan Belanda di Indonesia harus dipulihkan, tahun 1818 Inggri
mengembalikan kekuasaan Palembang kepada Belanda. Selanjutnya Inggris juga
kembali mengangkat Sultan Mahmud Badaruddin II sebagai Raja Palembang.
Namun sejak tahun itu pula perang
antara Sultan Mahmud Badaruddin II dengan Belanda kembali berkobar. Tanggal 1
Juli 1821, kesultanan Palembang berhasil diduduki Belanda dan Sultan berhasil
ditawan.Sultan Mahmud Badaruddin II kemudian dibuang ke Ternate, Maluku Utara
hingga wafatnya. Sultan Mahmud Badaruddi II tercatat sebagai salah satu Pejuang
Nasional yang melakukan perlawanan terhadap dua penjajah sekaligus yaitu
Inggris dan Belanda.
SK Presiden RI.NO063/TK/1984
menganugrahkan gelar Pahlawan Nasional kepadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar