Rabu, 03 September 2014

DIBALIK AWAN GELAP SELALU ADA MATAHARI YANG BERSINAR TERANG (JUPRIN ANTU,S.Pd . SM-3T ANGKATAN 2)



DIBALIK AWAN GELAP SELALU ADA MATAHARI YANG BERSINAR TERANG
Salah satu provinsi dari 33 provinsi yang ada di indonesia yaitu provinsi Nusa Tenggara Timur, kisah perjuangan 18 peserta program Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM-3T) dari Gorontalo.
Perjuangan yang mulia yakni perjuangan dengan motto “Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia” mengukir prasasti pendidikan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.
Jejak dari salah seorang peserta SM-3T, Juprin Antu. yang bertugas di SD Inpres Lekom, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jauh di daerah pulau pantar dataran tinggi pegunungan pulau pantar terletak beberapa sekolah dasar salah satunya adalah sekolah yang mana menjadi tempat tugas selama kontrak satu tahun, lokasi yang belum pernah dibayangkan sebelumnya akan mendapat tempat tugas seperti demikian.                               Lokasi tersebut ditempuh dengan perjalanan laut menggunakan perahu motor selama 4-5 jam rute pelabuhan kalabahi pantai reklamasi – kabir kecamatan pantar, dari kabir mendaki gunung dengan ojek selama 5-6 jam dengan medan yang cukup terjal melawati beberapa lapis gunung menyusuri hutan belantara. Kemudian rute pelabuhan AWU kalabahi – pelabuhan Tamalabang selama 3 jam, perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki mendaki gunung dengan ketinggian 700 m dari permukaan laut selama 3 jam menyusuri hutan, lereng gunung, dan tebing. Sungguh perjalanan yang sangat memacu adrenalin, menguji pisik dan mental sebagai seorang guru.
            Tanggal 3 november 2012 perjalanan menuju tempat tugas bersama kepala sekolah bersama salah seorang guru honor melalui rute pelabuhan reklamasi-kabir, selama perjalanan tersimpan segudang tanda tanya mengenai seperti apa dan bagamana kondisi tempat tugas yang akan didatangi. Selama perjalanan laut terhibur dengan panorama alam pegunungan, laut, bahkan sekelompok ikan lumba-lumba sedang asyik bermain membuat perjalanan yang memakan waktu 5-6 jam tak terasa. Tiba di pelabuhan kabir hari sudah sore kondisi tidak memungkinkan melakukan perjalanan ke tempat tugas berhubung kita masih tergololng orang pendatang. Oleh kepala sekolah masih menginap di rumah bapaknya semalam, sungguh suasana malam yang mencekam ditempat itu, gelap, sepi dan masih banyak lagi. Suasana malam terlewati matahari pagi telah terlihat sembari mempersiapkan bekal perjalanan menuju lokasi membali bahan makanan untuk beberapa waktu kedepan. Tanggal 4 november 2012 sore hari tepat jam 15:00 kaita berangkat menuju tempat tugas dengan perjalanan ojek, sungguh perjalanan yang tidak dibayangkan sebelumnya menempuh tempat seperti itu, naik gunung turun gunung, lembah dikelilingi hutan belantara.hingga tiba pada jalan menanjak motor tidak bisa naik dan terpaksa untuk beberapa meter ditempuh dengan jalan kaki. Sepanjang perjalanan dimanjakan dengan panorama alam pegunungan yang sangat indah membuat perjalanan yang sangat melalahkan menjadi tak terasa, tiba disuatu kampung yang merupakan bagian dari desa tempat tugas, singgah di rumah komite sekolah dan disitulah terasa efek perjalanan panjang hingga perasaan tidak enak, pusing, mual sampai muntah, suatu peristiwa yang sangat memalukan. Setelah istrahat beberapa saat kita melanjutkan perjalanan ke lokasi sekolah dan tibalah di sebuah rumah yang merupakan tempat tinggal selama melaksanakan tugas di daerah itu.
            Keesokan harinya tepat tanggal 5 november 2012 hari pertama melaksanakan tugas, sebelum melaksanakan tugas diawali dengan perkenalan dengan seluruh siswa dan guru-guru di sekolah tersebut. Hari itu masih melakukan pemantauan tentang kondisi, keadaan, sambil melihat sekeliling sekolah dan sedikit-sedikit melihat kearah lingkungan desa yang dikelilingi oleh hutan, perkebunan, gunung dan lain-lain sungguh tempat yang terpencil, terpelosok serta jauh dari keramaian. Tanggal 6 november 2012 hari kedua melaksanakan tugas dan malai mengenal dekat dengan siswa yang pada saat itu ditugaskan sebagai guru kelas VI tatap muka dengan siswa mulai terjadi proses pembelajaran pun dilakukan serta tugas-tugas dari kepala sekolah mulai disodorkan, dimulai dari membuat perangkat pembelajaran untuk semua mata pelajaran dan ditulis secara manual, awal yang sangat bagus dan menantang sebagai seorang guru muda, akan tetapi hal dijadikan semangat dan sadar akan tanggungjawab sebagai seorang guru.seusai pulang sekolah dan setelah istirahat siang mulai membuat perangkat pembelajaran yang ditugaskan oleh kepala sekolah, disamping itu mulai merencanakan apa yang akan dilaksanakan untuk program kemasyarakatan. Lingkungan masyarakat semua masih tradisional,bercocok tanam masih menggunakan metode tradisional, mengandalkan curah hujan sebagai ujung tombak perkebunan agar lahan bisa ditanami, musim hujan yang hanya jatuh pada bulan desember-april merupakan kesempatan untuk bercocok tanan seperti jagung, umbi-umbian dan padi.
Setelah beberapa hari ditempat tugas segudang tanda tanya dalam pikiran satu persatu mulai menemukan jawabannya, kondisi desa yang sulit akan air bersih dan yang menjadi alternatif adalah hanya mengandalkan air hujan yang ditampung dalam penampungan air, itupun kalau musim hujan jika musim kemarau masyarakat harus menghemat air hanya untuk di konsumsi, makan, minum, sedangkan untuk mandi dan cuci baju sangat jarang dilakukan, dan pada saat itu saya mandi hanya satu kali dalam seminggu dengan menggunakan lima liter air, benar-benar kondisi yang sangat memprihatinkan. Sealin itu kondisi penerangan yang jika ada bahan bakar jenis bensin mereka bisa menggunakan mesin jenset untuk penerangan pada malam hari jika tidak masyarakan menggunakan lampu minyak tanah atau yang sering mereka sebut pelita. Berbagai persoalan yang sangat kompleks saya hadapi, seperti kekurangan air, listrik, jangkauan kepasar dengan jalan kaki, letak geografis desa jauh di atas pegunungan membuat saya hampir tidak bisa berbuat apa-apa. Akan tetapi saya tetap berusaha untuk melakukan apa yang bisa dilakukan di daerah seperti ini.
            Setelah libur semester 1 tahun pelajaran 2012-2013 dan tanggal 7 januari  awal kegiatan pembelajaran semester 2 untuk itu saya memulai perjalanan ke tempat tugas melalui jalur laut pada tanggal 5 januari 2013setitar 3 jam perjalanan menggunakan perahu motor  setiba di pelabuhan tamalabang dilanjutkan dengan jalan kaki mendaki gunung menyusuri jalan setapak melewati hutan dan perkebunan rakyat selama 3 jam. Sungguh perjalanan yang panjang dan sangat melelahkan dengan beban barang bawaan sekitar 10 kilogram, beru berjalan sekitar 1 jam efek perjalanan mendaki gunung mulai terasa, perasaan mulai pusing, perut mual dan langsung muntah pada saat itu, teman yang menemani perjalanan dan juga sebagai guru di tempat saya bertugas takut dengan keadaan saat itu sambil bertanya “pak masih kuat untuk berjalan?” dengan napas terengeh-engah saya menjawab “masih bisa! Ini adalah perkenalan alam dengan saya” sambil tersenyum memikul ransel dan sebuah kardus berisi media pembelajaran dll. Beberapa jam kemudian tibalah di rumah tempat menginap selama melaksanakan tugas sebagai guru SM3T di SD Inp. Lekom.
Januari 2013 merupakan awal  musim hujan yang disertai angin kencang bertiup dari arah barat yang oleh masyarakat disebut musim Barat, peringatan dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) kabupaten Alor “bahwa dari tanggal 8 sampai tanggal 17 untuk bulan januari 2013 seluruh aktifitas pelayaran laut kabupaten alor dihentikan sebab diprediksikan akan ada hujan disertai angin kencang dan gelombang besar”. Rasa syukur terlintas dibenak karena saat itu sejak tanggal 6 saya sudah di tempat tugas, dan saat itu juga alor diguyur hujan lebat disertai angin kencang baik siang maupun malam sungguh peristiwa yang sangat menakutkan dilokasi tempat saya bertugas sebab dari letak georafis Desa Lekom/SD Inp. Lekom terletak di ketinggian 700 meter dari permukaan laut dikelilingi hutan pohon kemiri dan masih banyak pohon lain yang setiap saat bisa tumbang, halaman rumah dipenuhi genangan air, saat malam tiba cuaca sangat dingin sampai-sampai tempat tidur, pakaian, lantai rumah semua lembab kecuali satu tempat yang masih kering yaitu tungku yang seringkali digunakan untuk memasak.
Keesokan harinya masuk sekolah meskipun cuaca demikian anak-anak tetap datang untuk menerima pelajaran diawal semester 2, rasa prihatin, sedih, kagum membaur jadi satu hingga tak terasa air mata berlinang melihat siswa dengan antusias meskipun nyawa mereka terancam pada saat perjalanan menuju sekolah melewati hutan kemiri yang setiap saat bisa tumbang menimpa mereka, melihat kondisi saat itu dengan alasan kelselamatan siswa sekolah member kebijakan untuk meliburkan siswa untuk beberapa hari kedepan sampai cuaca agak membaik.

Hari-hari dilewati tanpa ada secercah sinar matahari sebab tertutup kabut hitam nan tebal yang setiap saat turun hujan yang disertai angin kencang, dengan kondisi cuaca saat itu sangat jarang masyarakat untuk keluar rumah, jarak pandang yang sangat pendek kita tidak bisa melihat lebih dari jarak 10 meter sebab tertutup kabut, semua aktifitas di luar rumah tidak berjalan sebagai mana biasanya. Peristiwa seperti ini baru saya alami, orang tua asuh saya saat itu sering bertanya” Bapak bisa bertahan tidak dengan kondisi seperti ini?” dengan perasaan sedih sambil menarik napas panjang saya berkata” mudah-mudahan bisa ini perkenalan alam dengan saya” dengan mata berkaca-kaca ibu dan bapak asuh bercerita mengihibur saya ditemani anak kecil umur 3 tahun, cerita tentang sejarah desa lekom, SD Inp. Lekom yang kebetulan bapak dari ibu asuh saya adalah seorang penggagas sekaligus pendiri SD Inp. Lekom. Hal seperti itu yang kami lakukan setiap bangun pagi dan menjelang malam duduk di depan tungku sambil bakar pisang sekedar mengganjal perut dipagi hari dan malam hari sebelum tidur, cuaca yang sangat dingin, hujan disertai anging kencang di luar rumah.
Sekitar dua minggu kondisi cuaca buruk dilalui sampat pada minggu keempat bulan januari cuaca sudah mulai membaik, anak-anak mulai masuk sekolah dan belajar sebagai mana biasa meskipun genangan air ada dimana-mana, tapi matahari masih enggan menampakan sinarnya,melihat keadan seperti ini banyak masyarakat yang prihatin kepada saya sebab saya tetap melaksanakan tugas mengajar meskipun hanya sendirian tanpa ditemani guru-guru lain dan entah kemana mereka saat itu, setelah pulang sekolah ada seorang anak muda berkata kepada saya” bapak guru yakinlah bahwa Dibalik Awan Gelap Selalu Ada Matahari Yang Selalu bersinar Terang kalimat pendek namun memiliki makna yang sangat luas, sambil tersenyum terharu saya melambaikan tangan dan berterimakasih kepadanya karena telah memotivasi untuk terus berjuang MAJU BERSAMA MENCERDASKAN BANGSA.