Selasa, 24 April 2018

MELIHAT DARI YANG TAK BIASA dan MEMANDANG DENGAN CARA YANG TAK BIASA

TUMBUH DI KETIAK GUNUNG
Hidup dan kehidupan merupakan hal yag tak bisa dielakan dalam menjalani roda kehidupan mahluk di muaka bumi, alam merupakan bentangan yang menjadi tempat permainan dimulai, semua mahluk hidup berperan sebagaimana perannya sendiri-sendiri.
dalam hidup dan kehidupan ada banyak hal yang dapat di lalui, jalan panjang penuh dengan segala tantangan merupakan penomena yang tidak bisa dihindari.dari segala macam tantangan tentu mengandung banyak pelajaran yang bisa kita petik, bagi mereka yang bisa menerima dan mengambil hikmah dari apa yang mereka alami.
Melihat dari yang tak biasa dan memandang dengan cara yang tak biasa ini merupakan hal yang sering tidak dilakukan oleh orang banyak apabila mengalami tantangan dalam menjalani hidup dan kehidupan, dalam memecahkan suatu masalah misalnya, kebanyakan orang memandang hanya dari sudut pandang dirinya tanpa memandang dari sudut pandang yang lain.
Penomena alam yang dasyat ini menyimpan ribuan ilmu yang tak terhingga jika kita mampu mempelajarinya dengan baik dan seksama.
Sedikit berbagi dalam tulisan kehidupan yang dijalani oleh seorang anak kampung.
Juprin Antu lahir di Batulayar 29 september 1989 Gorontalo. menurut cerita ibu (Masni Pakaya) sejak umur 8 bulan sudah diajak mencari nafkah untuk bercocok tanam di gunung Ollade salah satu bantaran pegunungan yang saat itu dijadikan lahan pertanian bagi sekelompok petani dengan tanaman holticultura. bersama ibu dan Ayah(Anis Antu) dan Kakak (Ulin Antu) digendong ayah dalam perjalanan menuju sebuah lahan milik ayah yang merupakan satu-satunya sebagai penopang kehidupan beberapa tahun yang lalu. sungguh suasana yang luar baisa kala itu. ketika ibu dab ayah di kebun kita berdua di tempatkan di pinggiran kebun yang tak lepas dari pantauan ibu. beberapa tahun tak terasa sudah berlalu masa-masa kecil di perkebunan merukan masa yang sangat indah, bermain layang-layang, makan buah-buahan(pepaya,mangga, nangka, jambu biji,jambu mente) dan banyak hal lain yang dilakukan pada masa itu. untuk memenuhi kebutuhan makan, ayah harus sesekali turun ke pasar dengan perjalanan 1 hari itu artinya jika ayah pergi hari sabtu pulang pada hari minggu begitu perjuangan ayah untuk kami sekeluarga. suatu malam dimalam yang sepi terdengar suara ayam lain dari yang biasanya, ayah ibu mulai bercakap pelan sambil mencari apa gerangan terjadi dengan ayam tersebut, ketika dilihat ternyata ular bersar dengan diameter kira-kira 10-15 cm dan panjang kira-kira 15 meter sedang melahap induk ayam yang bertengger di pohon mangga dekat rumah. tanpa rasa takut ayah yang biasa berburu langsung mengendap-endap menghampiri ular dari belakang dan langsung mengayunkan sebilah parang yang dengan sekali ayun ular tersebut terkapar jatuh dengan kepala hampir putus dari badannya.
beberapa tahun telah berlalu saat usia kami beranjak usia sekolah ayah dan ibu yang tidak mau kami anaknya seperti mereka harus turun gunung menuju perkampungan untuk mendaftarkan kakak ke salah satu sekolah yang ada di kampung, sejak itulah kami sekeluarga meninggalkan gunung tempat berkebun pindak ke kampung dan menggarap lahan/kebun milik nenek yang sudah lama dibiarkan.
Dengan mulai bersekolah kami mendapat banyak pengetahuan baru, namun masih membantu ayah dan ibu berkebun sepulang dari sekolah begitu seterusnya.

SEKOLAH CERITA BARU
 Cuaca hari itu sungguh indah ditemani gemruh angin sepoi-sepoi, kicau burung bersahutan. pagi masih berembun kakak dan aku mulai bersiap menuju tempat baru, suasana baru tempat dimana kami menimba ilmu untuk masa depan, hari itu pertama bagiku mengenyam pendidikan, terasa aneh dimana semua orang di sekelilingku memakai pakaian putih merah yang aku tidak tahu apa arti pakaian tersebut. perkenalan yang indah saat melihat banyak teman sebaya bermain dengan girangnya, aku yang saat itu pemalu bahkan tak mau bergabung dan berkenalan dengan mereka, maklum siswa baru jadi terlihat cupu dan berdiam diri dari kejauahan sambil melihat apa yang mereka perbuat.
kakakku yang saat itu sudah duduk di bangku kelas dua SD ( SDN 1 Batulayar, sekarang SDN 1 Otopade, Kec. Bongomeme, Kab. Gorontalo) terlihat asik bermain dengan teman-temannya, akupun tak mau bergabung dengan mereka sebab mereka adalah perempuan semuanya, dari kejauhan mereka memperhatikan aku sambil tertawa dengan kondisiku saat itu yang berdiam diri tanpa teman, sampai kakakku menghampiriku dan mengajaku berkenalan dengan teman-temannya, sungguh hari pertama sekolah yang membingungkan.
hari-hari telah berlalu suasana yang barupun mulai dialami, beajar, bermain dengan teman-teman yang cukup baik hati mengajakku bermain bola yang terbuat dari daun pisang yang sudah kering.
Noni teman yang selalu berangkat ke sekolah bersamaku, dia cukup pintar dan itu peluang buatku yang memiliki pengetahuan di bawah standar dimana nilaku selalu tidak bisa masuk 10 besar dari 13 siswa, dia juga yang selalu meminjamkan bukunya untuk kutulis materi pelajarannya sebab aku cukup malas menulis.
pulang sekolah aku membantu bapak kerja di kebun, kami menanam banyak tanaman, diantaranya pisang, jagung, kacang, dan sayuran.
disaat banyak teman - temanku ketika pulang sekolah bermain, aku hanya dapat melihat mereka saat aku berangkat ke kebun membantu ayah dan ibu yang saat itu sudah tinggal di sebuah gubuk yang berada di kebun, jadi ke esokan harinya aku berangkat ke sekolah dari kebun singgah di rumah bibiku untuk ganti pakaian seragam sekolah, begitulah hari-hari yag aku jalani sampai aku duduk di kelas 4 SD.
Di kelas 4 inilah saat berkabung bagiku, nenekku tercinta pergi meninggalkan kami semua, saat mendengar berita itu aku langsung pulang dari sekolah izin sama guruku. tiba di rumah dengan nafas tersendat-sendat ibuku langsung menyuruhku pergi kerumah nenekku ibu dari ibuku yang tempat tinggalnya cukup jauh dari rumahku, namun dengan sigapnya aku langsung pergi sambil menangis tersedu-sedu.
tiba malam harinya aku tidur di rumah sendirian dimana tempat pemakaman nenekku berada tepat di belakang rumah sementara ibu dan bapak berada di rumah bibiku menemani nenek yang sudah meninggal dan akan dikuburkan pada esok harinya.
pada saat perayaan hari ke 40 atas meninggalnya nenek aku disunat dengan kata lain saat itu aku sudah baliq, suasana yang cukup mengharukan bagiku saat itu.
beberapa bulan kemudian seperti biasanya aku sering membantu ayah di kebun namun setiba di kebun ayahku tidak ada mungkin sedang ke kali memberi minum sapi-sapinya, saat aku di kebun aku melihat pohon jambu biji dan berbuah dengan senangnya aku memanjat pohon jambu itu, akan tetapi nasib buruk menimpaku, aku terjatuh dari pohon itu, karena takut dimarahi ibu aku tidak mengatakan kejadian itu, sampai suatu hari aku jatuh sakit hingga berdiri dan bangun tidurpun aku harus dipapah.
ibu dan bapak saat itu sedih melihatku sakit terbaring hampir sebulan lamanya, segala jenis obat dan pengobatan telah aku jalani sampai suatu hari saudara dari ibuku yang berada di botupingge/ Kabila mengatakan bahwa di suwawa/Bulontala ada seorang tukang pijat mampu mengatasi penyakit yang aku derita dan saat itu juga ibu mengajakku kesana dan benar hanya dengan dipijat olehnya beberapa kali kesehatanku mulai pulih dan ia mengatakan bahwa aku mengalami patah tulang belakang, dan hingga sampai saat ini aku pulih total dan mulai sekolah lagi meski hampir 3 bulan lamanya aku tak sekolah karena sakit.
banyak pelajaran yang terlewatkan olehku saat itu, namun ada teman baikku Noni yang bersedia membimbingku dengan cara meminjamkan buku-bukunya untuk kupelajari dan sukurlah  aku bisa naik kelas.
saat aku duduk di kelas enam Noni juga sering membantuku, di kelas enam aku mulai bisa bersaing dengan Noni serta teman-temanku yang dulunya aku peringkat tidak sampai 10 besar saat kelas enam masuk peringkat 10 besar dan lulus dengan nilai yang cukup bagus.

PUTIH DONGKER DAN ABU-ABU PELAJARAN HIDUP
suasana ceria masih terngiang diingatan waktu pengumuman kelulusan Sekolah Dasar, terpikir olehku apakah aku hanya sampai disini? setiap hari aku memikirkanya membuat otak pusing dan kepala panas. namun aku memutuskan untuk tidak berhenti sampai disini saja, aku ikut kakaku ke Botupingge dan bersekolah disana.
dan benar dengan nilak yang cukup baik aku terterima di SMPN 2  Kabila.
hari pertama masuk MOS ( masa orientasi siswa ) yang melelahkan, yang benar saja seluruh peserta MOS sering dapat hukuman lari keliling lapangan siang hari cukup panas bukan!, namun cukup berkesan sebab dilaksanakan bersama-sama. pada saat mengikuti kami mendapat materi tentang Peraturan bari berbaris, selayang pandang lingkungan sekolah dan banyak lagi, saat MOS selesai seluruh  siswa baru dibagi dalam tiga kelas yakni: kelas A, B dan C, aku masuk di kelas B beserta sekitar 30 siswa baru lainnya.
setiap pagi aku dan kakakku selalu berangkat bersama menempuh perjalanan sekitar 30 -- 45 menit ke sekolah dengan berjalan kaki, maklum saat itu belum banyak kendraan roda dua dan roda empat.
 setiap harinya pulang sekolah aku sering mambatu kakek di kebun yang tempatnya cukup jauh dari rumahnya tempat tinggal selama aku bersekolah, disana aku dan kakek menanam banyak tanaman, seperti jagung, kacang, tebu, dan sayuran. ya!, dengan pengalaman waktu di kampung bersama bapak tentu bagiku perkerjaan ini sangatlah mudah.
beberapa bulan bersekolah aku mendaftar disalah satu tempat pengajian Alquran ( TPA )di desa itu, aku yang seusia itu belum bisa mengenal huruf Hijaiyah merasa mender dengan santri lainya yang usianya masih SD namun dengan tekat dan keinginan yang kuat aku tetap belajar meski santri lain mengejekku. hahahah, masa sudah SMP belum bisa baca Alquran masih iqro 1 lagi.
pelajaran di TPA sangat berarti bagiku, disana aku belajar membaca Alquran, salat berserta bacaannya. hal yang paling senang ku lakukan adalah membawa celengan masjid keliling desa pada kamis sore sebab ada masyrakat yang kasih uang ada juga yang kasih kue dan camilan selama perjalanan keliling membawa celengan.
tak terasa aku sudah duduk di kelas 2 SMP, keseharian di rumah kakek adalah hal yang luar biasa, mulai dari berkebun, memberi makan sapi, mencari makan di hutan. hal itu memberi banyak peajaran hidup bagiku, meski aku tinggga bersama kakek aku mendapat kiriman dari kampung uang sebesar Rp. 50.000 dan beras sekadarnya untuk biaya hidup dan sekolah setiap bulannya.uang yang digunakan untuk bayar SPP sisanya buat beli peralatan tulis menulis rasanya tidak cukup. oleh sebab itu aku sering membantu kakek di kebun untuk mendapa sesuap nasi, bila tidak merasa kenyang aku mengambil buah pepaya di kebun untuk kumakan, mencarikan kayu bakar untuk tante yang buat pisang goreng untu dijualnya sekadar mendapat sepotong pisang goreng sebagai upah dari mengambil kayu bakar.
setiap pagi sebelum berangkat sekolah aku harus bersihkan rumah, menyapu sedangkan kakaku mencuci piring sebab kalau tida pasti dimarahin setiba dari sekolah.
suau hari aku pergi bersama pamannku setiba dari sekolah untuk ke gunung menanam pohon dari pemerintah desa untuk program reboisasi hutan dan upahnya aku gunakan untuk keperluan pribadi dan sekolah.
sampai tak terasa aku sudah lulus SMP dan pulang kampung, kakaku saat itu lebih dahulu lulus sudah lanjut sekolah di SMK Limboto, aku pulng ke rumah bapak, sambi berfikir apakah aku berhenti sampai disini? pertanyaan yang muncul waktu aku lulus SD dulu mulai datamg lagi, aku berfikir tidak lenjut dan hanya mendukukung kakakku saja, namun tiba satu malam dimana aku berfikir keras dan menyimpulkan aku harus lanjut, akupun mendaftar di sekolah dimana kakakku berada saat itu namun tidak diterima sebab sudah lebih kuotanya, akupun mendaftar di sekolah lain namun tidak lulus, akan tetapi beberapa hari kemudian salah satu guru di sekolah itu yang ternyata masih keluarga dari kakeku tempat aku sekolah SMP dulu, akhirnya dia membantuku untuk masuk SMA itu.
dimasa SMA aku dapat sepeda dari ibuku untuk digunakan ke sekolah, aku tinggal kembali bersama kakek tempat aku SMP dan jarak dari rumah ke sekolah cukup jauh kira-kira sekitar 1 jam dengan menggunakan sepeda. namun aku tinggal bersama kakek tidak sampai tamat SMA hanya sampai kelas 2 SMA,sebab aku sudah tidak tahan dengan pekerjaan yang dibebankan padaku lebih berat dari waktu SMP dulu, dan aku pindah mendekati sekolah mencari kos-kosan sebagai tempat tinggal, masa SMA aku mendapat pelajaran yang cukup baik dari para pengajar yang baik sehingga saat itu aku termasuk orang yang mahir dalam pelajaran matematika dan ekonomi akuntansi. disaat teman-temanku bermain, aku  memanfaatkan waktu luang untuk belajar, kadang membantu ibu kos memperbaiki rumahnya.
Di SMA pada umumnya banyak siswa mengalami masa puberitas, dan akupun termasuk didalamnya, bahkan SMA aku terkesan anak pendiam tapi ceweknya lebih dari satu, ya! bahkan satu kelas dua cewek sekaligus aku pacarin, dan itu saling mengenal, satu kata yang temanku katakan saat itu ' mantap', namun hubungan itu tidak berangsung lama sebab cewek yang satunya menuntuk aku harus 'romantis' dan aku tidak bisa mewujudkannya karna aku bukan cowok seperti itu. disinilah aku merasakan pertama kali sakit hati saat pacarku selingkuh, itu yang membuatku tobat pacaran.
tak terasa masa SMA terlewatkan bersama masa indahnya, saat aku menunggu pengumuman kelulusan, ada  teman mengajaku untu kursus komputer/ mengetik dan aku ikut bersamanya, ditempat kursus aku melaluinya dengan baik sebab kursus yang kuambil hanya kursus singkat dan itu menjadi modal utama saat itu. saat pengumuman kelulusan SMA, aku dinyatakan lulus, semua bergembira sambil mencoret-coret baju seragam, ya! itu tradisi SMA sampai sekarang masih ada yang melakukannya.



Rabu, 03 September 2014

DIBALIK AWAN GELAP SELALU ADA MATAHARI YANG BERSINAR TERANG (JUPRIN ANTU,S.Pd . SM-3T ANGKATAN 2)



DIBALIK AWAN GELAP SELALU ADA MATAHARI YANG BERSINAR TERANG
Salah satu provinsi dari 33 provinsi yang ada di indonesia yaitu provinsi Nusa Tenggara Timur, kisah perjuangan 18 peserta program Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM-3T) dari Gorontalo.
Perjuangan yang mulia yakni perjuangan dengan motto “Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia” mengukir prasasti pendidikan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.
Jejak dari salah seorang peserta SM-3T, Juprin Antu. yang bertugas di SD Inpres Lekom, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jauh di daerah pulau pantar dataran tinggi pegunungan pulau pantar terletak beberapa sekolah dasar salah satunya adalah sekolah yang mana menjadi tempat tugas selama kontrak satu tahun, lokasi yang belum pernah dibayangkan sebelumnya akan mendapat tempat tugas seperti demikian.                               Lokasi tersebut ditempuh dengan perjalanan laut menggunakan perahu motor selama 4-5 jam rute pelabuhan kalabahi pantai reklamasi – kabir kecamatan pantar, dari kabir mendaki gunung dengan ojek selama 5-6 jam dengan medan yang cukup terjal melawati beberapa lapis gunung menyusuri hutan belantara. Kemudian rute pelabuhan AWU kalabahi – pelabuhan Tamalabang selama 3 jam, perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki mendaki gunung dengan ketinggian 700 m dari permukaan laut selama 3 jam menyusuri hutan, lereng gunung, dan tebing. Sungguh perjalanan yang sangat memacu adrenalin, menguji pisik dan mental sebagai seorang guru.
            Tanggal 3 november 2012 perjalanan menuju tempat tugas bersama kepala sekolah bersama salah seorang guru honor melalui rute pelabuhan reklamasi-kabir, selama perjalanan tersimpan segudang tanda tanya mengenai seperti apa dan bagamana kondisi tempat tugas yang akan didatangi. Selama perjalanan laut terhibur dengan panorama alam pegunungan, laut, bahkan sekelompok ikan lumba-lumba sedang asyik bermain membuat perjalanan yang memakan waktu 5-6 jam tak terasa. Tiba di pelabuhan kabir hari sudah sore kondisi tidak memungkinkan melakukan perjalanan ke tempat tugas berhubung kita masih tergololng orang pendatang. Oleh kepala sekolah masih menginap di rumah bapaknya semalam, sungguh suasana malam yang mencekam ditempat itu, gelap, sepi dan masih banyak lagi. Suasana malam terlewati matahari pagi telah terlihat sembari mempersiapkan bekal perjalanan menuju lokasi membali bahan makanan untuk beberapa waktu kedepan. Tanggal 4 november 2012 sore hari tepat jam 15:00 kaita berangkat menuju tempat tugas dengan perjalanan ojek, sungguh perjalanan yang tidak dibayangkan sebelumnya menempuh tempat seperti itu, naik gunung turun gunung, lembah dikelilingi hutan belantara.hingga tiba pada jalan menanjak motor tidak bisa naik dan terpaksa untuk beberapa meter ditempuh dengan jalan kaki. Sepanjang perjalanan dimanjakan dengan panorama alam pegunungan yang sangat indah membuat perjalanan yang sangat melalahkan menjadi tak terasa, tiba disuatu kampung yang merupakan bagian dari desa tempat tugas, singgah di rumah komite sekolah dan disitulah terasa efek perjalanan panjang hingga perasaan tidak enak, pusing, mual sampai muntah, suatu peristiwa yang sangat memalukan. Setelah istrahat beberapa saat kita melanjutkan perjalanan ke lokasi sekolah dan tibalah di sebuah rumah yang merupakan tempat tinggal selama melaksanakan tugas di daerah itu.
            Keesokan harinya tepat tanggal 5 november 2012 hari pertama melaksanakan tugas, sebelum melaksanakan tugas diawali dengan perkenalan dengan seluruh siswa dan guru-guru di sekolah tersebut. Hari itu masih melakukan pemantauan tentang kondisi, keadaan, sambil melihat sekeliling sekolah dan sedikit-sedikit melihat kearah lingkungan desa yang dikelilingi oleh hutan, perkebunan, gunung dan lain-lain sungguh tempat yang terpencil, terpelosok serta jauh dari keramaian. Tanggal 6 november 2012 hari kedua melaksanakan tugas dan malai mengenal dekat dengan siswa yang pada saat itu ditugaskan sebagai guru kelas VI tatap muka dengan siswa mulai terjadi proses pembelajaran pun dilakukan serta tugas-tugas dari kepala sekolah mulai disodorkan, dimulai dari membuat perangkat pembelajaran untuk semua mata pelajaran dan ditulis secara manual, awal yang sangat bagus dan menantang sebagai seorang guru muda, akan tetapi hal dijadikan semangat dan sadar akan tanggungjawab sebagai seorang guru.seusai pulang sekolah dan setelah istirahat siang mulai membuat perangkat pembelajaran yang ditugaskan oleh kepala sekolah, disamping itu mulai merencanakan apa yang akan dilaksanakan untuk program kemasyarakatan. Lingkungan masyarakat semua masih tradisional,bercocok tanam masih menggunakan metode tradisional, mengandalkan curah hujan sebagai ujung tombak perkebunan agar lahan bisa ditanami, musim hujan yang hanya jatuh pada bulan desember-april merupakan kesempatan untuk bercocok tanan seperti jagung, umbi-umbian dan padi.
Setelah beberapa hari ditempat tugas segudang tanda tanya dalam pikiran satu persatu mulai menemukan jawabannya, kondisi desa yang sulit akan air bersih dan yang menjadi alternatif adalah hanya mengandalkan air hujan yang ditampung dalam penampungan air, itupun kalau musim hujan jika musim kemarau masyarakat harus menghemat air hanya untuk di konsumsi, makan, minum, sedangkan untuk mandi dan cuci baju sangat jarang dilakukan, dan pada saat itu saya mandi hanya satu kali dalam seminggu dengan menggunakan lima liter air, benar-benar kondisi yang sangat memprihatinkan. Sealin itu kondisi penerangan yang jika ada bahan bakar jenis bensin mereka bisa menggunakan mesin jenset untuk penerangan pada malam hari jika tidak masyarakan menggunakan lampu minyak tanah atau yang sering mereka sebut pelita. Berbagai persoalan yang sangat kompleks saya hadapi, seperti kekurangan air, listrik, jangkauan kepasar dengan jalan kaki, letak geografis desa jauh di atas pegunungan membuat saya hampir tidak bisa berbuat apa-apa. Akan tetapi saya tetap berusaha untuk melakukan apa yang bisa dilakukan di daerah seperti ini.
            Setelah libur semester 1 tahun pelajaran 2012-2013 dan tanggal 7 januari  awal kegiatan pembelajaran semester 2 untuk itu saya memulai perjalanan ke tempat tugas melalui jalur laut pada tanggal 5 januari 2013setitar 3 jam perjalanan menggunakan perahu motor  setiba di pelabuhan tamalabang dilanjutkan dengan jalan kaki mendaki gunung menyusuri jalan setapak melewati hutan dan perkebunan rakyat selama 3 jam. Sungguh perjalanan yang panjang dan sangat melelahkan dengan beban barang bawaan sekitar 10 kilogram, beru berjalan sekitar 1 jam efek perjalanan mendaki gunung mulai terasa, perasaan mulai pusing, perut mual dan langsung muntah pada saat itu, teman yang menemani perjalanan dan juga sebagai guru di tempat saya bertugas takut dengan keadaan saat itu sambil bertanya “pak masih kuat untuk berjalan?” dengan napas terengeh-engah saya menjawab “masih bisa! Ini adalah perkenalan alam dengan saya” sambil tersenyum memikul ransel dan sebuah kardus berisi media pembelajaran dll. Beberapa jam kemudian tibalah di rumah tempat menginap selama melaksanakan tugas sebagai guru SM3T di SD Inp. Lekom.
Januari 2013 merupakan awal  musim hujan yang disertai angin kencang bertiup dari arah barat yang oleh masyarakat disebut musim Barat, peringatan dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) kabupaten Alor “bahwa dari tanggal 8 sampai tanggal 17 untuk bulan januari 2013 seluruh aktifitas pelayaran laut kabupaten alor dihentikan sebab diprediksikan akan ada hujan disertai angin kencang dan gelombang besar”. Rasa syukur terlintas dibenak karena saat itu sejak tanggal 6 saya sudah di tempat tugas, dan saat itu juga alor diguyur hujan lebat disertai angin kencang baik siang maupun malam sungguh peristiwa yang sangat menakutkan dilokasi tempat saya bertugas sebab dari letak georafis Desa Lekom/SD Inp. Lekom terletak di ketinggian 700 meter dari permukaan laut dikelilingi hutan pohon kemiri dan masih banyak pohon lain yang setiap saat bisa tumbang, halaman rumah dipenuhi genangan air, saat malam tiba cuaca sangat dingin sampai-sampai tempat tidur, pakaian, lantai rumah semua lembab kecuali satu tempat yang masih kering yaitu tungku yang seringkali digunakan untuk memasak.
Keesokan harinya masuk sekolah meskipun cuaca demikian anak-anak tetap datang untuk menerima pelajaran diawal semester 2, rasa prihatin, sedih, kagum membaur jadi satu hingga tak terasa air mata berlinang melihat siswa dengan antusias meskipun nyawa mereka terancam pada saat perjalanan menuju sekolah melewati hutan kemiri yang setiap saat bisa tumbang menimpa mereka, melihat kondisi saat itu dengan alasan kelselamatan siswa sekolah member kebijakan untuk meliburkan siswa untuk beberapa hari kedepan sampai cuaca agak membaik.

Hari-hari dilewati tanpa ada secercah sinar matahari sebab tertutup kabut hitam nan tebal yang setiap saat turun hujan yang disertai angin kencang, dengan kondisi cuaca saat itu sangat jarang masyarakat untuk keluar rumah, jarak pandang yang sangat pendek kita tidak bisa melihat lebih dari jarak 10 meter sebab tertutup kabut, semua aktifitas di luar rumah tidak berjalan sebagai mana biasanya. Peristiwa seperti ini baru saya alami, orang tua asuh saya saat itu sering bertanya” Bapak bisa bertahan tidak dengan kondisi seperti ini?” dengan perasaan sedih sambil menarik napas panjang saya berkata” mudah-mudahan bisa ini perkenalan alam dengan saya” dengan mata berkaca-kaca ibu dan bapak asuh bercerita mengihibur saya ditemani anak kecil umur 3 tahun, cerita tentang sejarah desa lekom, SD Inp. Lekom yang kebetulan bapak dari ibu asuh saya adalah seorang penggagas sekaligus pendiri SD Inp. Lekom. Hal seperti itu yang kami lakukan setiap bangun pagi dan menjelang malam duduk di depan tungku sambil bakar pisang sekedar mengganjal perut dipagi hari dan malam hari sebelum tidur, cuaca yang sangat dingin, hujan disertai anging kencang di luar rumah.
Sekitar dua minggu kondisi cuaca buruk dilalui sampat pada minggu keempat bulan januari cuaca sudah mulai membaik, anak-anak mulai masuk sekolah dan belajar sebagai mana biasa meskipun genangan air ada dimana-mana, tapi matahari masih enggan menampakan sinarnya,melihat keadan seperti ini banyak masyarakat yang prihatin kepada saya sebab saya tetap melaksanakan tugas mengajar meskipun hanya sendirian tanpa ditemani guru-guru lain dan entah kemana mereka saat itu, setelah pulang sekolah ada seorang anak muda berkata kepada saya” bapak guru yakinlah bahwa Dibalik Awan Gelap Selalu Ada Matahari Yang Selalu bersinar Terang kalimat pendek namun memiliki makna yang sangat luas, sambil tersenyum terharu saya melambaikan tangan dan berterimakasih kepadanya karena telah memotivasi untuk terus berjuang MAJU BERSAMA MENCERDASKAN BANGSA.

Rabu, 13 Agustus 2014

Menjadi Evaluator Pribadi

Mencari titik ketidaksempurnaan, adalah sebuah pekerjaan yang 'cukup' mudah. Mudah bila itu dilakukan kepada orang lain, akan berbeda jika itu dilakukan oleh kepada dirinya sendiri. Ungkapan telunjuk menunjuk maka sebenarnya 4 jari yang lain (yang sedang dilipat) seolah menunjuk kepada diri kita sendiri adalah benar adanya.

Sahabat Percikan Iman, sesungguhnya dunia dan kehidupannya semakin hari semakin menjauh seiring dengan berkurangnya jatah umur kita. Pada saat yang sama, kehidupan akhirat semakin mendekat.Manusia tidak ada yang tahu kapan dan bagaimana ia menemui kematian. Seorang ulama pernah mengingatkan bahwa kita adalah kumpulan dari hari-hari. setiap berlalu satu hari dari rangkaian waktu, maka sesungguhnya bagian kita sudah terhempas. Ia tidak akan pernah kembali. Sehingga pintu  itu akan dan mau tidak mau akan kita lewati.


Ketahuilah bahwa dunia hanya terdiri atas tiga hari. Hari kemarin, yang tidak akan pernah kembalidan sudah jauh meninggalkan kita. Sementara hari ini, adalah hari yang harus kita tulis dengan tinta tinta emas amalan baik, kita ukir dengan pena kemuliaan. Ambilah mutiara-mutiara hikmah dari masa lalu. Tidak pernah beruntung orang yang menyia-nyiakan hari ini setelah menyia-nyiakan kesempatan hari kemarin.

Sedangkan hari esok merupakan kesempatan bagi mereka yang telah Allah SWT kehendaki. Meski bisa jadi kita bukanlah orang yang akan menjumpai hari esok apalagi memilikinya. "Waktu itu laksana pedang, jika engkau tidak memotongnya (mengisinya dengan kebaikan), niscaya ia akan memenggalmu." Demikian salah satu perkataan sahabat yang banyak memiliki hikmah, Ali bin Abi Thalib.

Waktu adalah kehidupan, barang siapa yang menyia-nyiakan waktu maka ia telah menyia-nyiakan kehidupan.

وَالْعَصْرِ (١)إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (٢)إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

"Demi waktu, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan saling menasehati supaya menaati kebenaran dan menasehati supaya menetapi kesabaran." (QS Al-'Ashr [103]:1-3).

Evaluasi diri dalam muhasabah dari amalan hari kemarin serta menimbang perbuatan waktu lalu, adalah keniscayaan bagi seorang Mukmin. Umar bin Al-Khatab pernah mengingatkan, "Hitung-hitunglah dirimu, sebelum kalian dihitung. Timbang-timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang (di hari kiamat)."

Allah SWT menegaskan agar manusia selalu menghitung dan mempersiapkan amal, sebagai bekal kehidupan diakhirat kelak.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ


  "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat)." (QS Al-Hasyr [59]:18).

Sahabat Percikan Iman, marilah kita selalu mengevaluasi diri kita. Membandingkan segala ulah kita yang terjadi hari ini dengan parameter dan standar Al-Qur'an dan AsSunnah. Tidak mengapa ditemukan kekurangan bahkan kesalahan pada diri pribadi. Yang menjadi penting adalah kemauan dan usaha untuk memperbaiki diri setelah bertobat dengan sebenar-benarnya. Semoga kita menjadi lebih baik, menjadi jago evaluator pribadi dan mau senang hati  menerima evaluasi dari lingkungan kita. Amin

Dari Jamaah MPI

Makna Cinta Sejati ... | Artikel Islam, Berita Islam, Tanya Jawab Islam, SMS Gratis Dakwah

Makna Cinta Sejati ... | Artikel Islam, Berita Islam, Tanya Jawab Islam, SMS Gratis Dakwah

Kacamata Kesederhanaan

Kacamata ini tidak bisa dibeli dan memang tidak dijual. Namun dengan kacamata ini pandangan anda mengenai dunia akan semakin indah dan terbuka. Tidak perlu mengeluarkan uang bila ingin memilikinya yang anda perlukan hanya keinginan kuat untuk belajar sebuah ilmu untuk kemudian ‘siap’ untuk berubah.

Kesederhanaan dalam definisi materi tentu saja tidak boros. Adil, membelanjakan rizki secara proporsional bahkan menekan seefisien mungkin. Punya banyak daya beli namun tidak membeli banyak sesuatu yang tak perlu. Kesederhanaan yang ini benar-benar mengikuti aturan Islam seperti sesuai dengan Firman Allah dalam Surat Al-Isra ayat 26-27:

“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.” [QS.Al Isra (17):26-27]

Namun percayalah kacamata kesederhanaan membawa kita lebih dari itu. Kacamata kesederhanaan senantiasa membawa sifat syukur. Memandang terlebih dahulu apa yang sudah terasakan baru bisa melihat kelebihan.

Bukankah kita sudah bosan menjadi orang yang bosan dengan handphone yang dirasa kuno? Atau lelah dengan motor yang selalu mogok? Atau pasrah dengan otak yang tak sepintar teman sebelah?

Tak ada cara lain selain menjawab semua pertanyaan tersebut selain memandang hidup penuh kesederhanaan.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Itulah yang akan membuat seseorang tidak memandang remeh nikmat Allah karena dia selalu memandang orang di bawahnya dalam masalah harta dan dunia. Ketika dia melihat tetangganya memiliki rumah mewah dalam hatinya mungkin terbetik, “Rumahku masih kalah dari rumah tetanggaku itu.”

Namun ketika dia memandang pada orang lain di bawahnya, dia berkata, “Ternyata rumah sifulan dibanding dengan rumahku, masih lebih bagus rumahku.” Dengan dia memandang orang di bawahnya, dia tidak akan menganggap remeh nikmat yang Allah berikan. Bahkan dia akan mensyukuri nikmat tersebut karena dia melihat masih banyak orang yang tertinggal jauh darinya.

Berbeda dengan orang yang satu ini. Ketika dia melihat saudaranya memiliki Blackberry, dia merasa ponselnya masih sangat tertinggal jauh dari temannya tersebut.

Akhirnya yang ada pada dirinya adalah kurang mensyukuri nikmat, menganggap bahwa nikmat tersebut masih sedikit, bahkan selalu ada hasad (dengki) yang berakibat dia akan memusuhi dan membenci temannya tadi. Padahal masih banyak orang di bawah dirinya yang memiliki ponsel dengan kualitas yang jauh lebih rendah.

Inilah cara pandang yang keliru. Namun inilah yang banyak menimpa kebanyakan orang saat ini.

Bersyukur dulu bahwa handphone yang sama telah membawa kita pada banyak silaturahmi yang terputus jarak dan waktu. Lalu berpikir seandainya memaksakan diri membeli yang lebih canggih mampukah/butuhkah? kita menggunakannya sesuai manfaatnya? Sungguh tak bisa dipercaya mendengar bahwa orang yang selalu menciptakan handphone tercanggih adalah orang yang menggunakan handphone kuno dan hanya berfungsi untuk menelpon dan SMS saja.

Motor mogok bukan juga alasan untuk lelah bila kita berpikir bahwa sebelumnya kita pasti pernah menggunakan transportasi umum yang setiap pagi berkejaran dengan waktu serta asap knalpot. Bahkan seandainya mau duduk sebentar dengan kakek nenek kita pastilah kita malu bahwa mereka pernah melintasi gunung hanya demi sekolah atau mencari pekerjaan.

Lebih disesali bila memang kita pasrah pada kondisi kita tak mau belajar. Kepintaran itu bukan karunia melainkan usaha. Software yang ada di otak untuk menyerap informasi sama seperti otak semua orang, bedanya orang pintar memaksimalkan semua indra-nya untuk mencari ilmu baru.

Sederhanakan cara berfikir kita bahwa tak selalu orang yang lebih pintar adalah orang yang berani nyogok dosen atau les di tempat-tepat mahal. Siapa tahu mereka menyedikitkan waktu tidurnya untuk belajar. Dengan memandang demikian bukan tidak mungkin kita ikut termotivasi untuk menirunya. Berkat ke-positifan kita berpikir dunia akan lebih indah.

Semakin kita pandai memandang betapa dunia ini memberi kita lebih dari yang kita harapkan maka dapat dikatakan anda sudah pandai mengatur diri penuh kesederhanaan. Hanya persoalan waktu kita akan semakin menyadari bahwa kesederhanaan membawa segala kemewahan.

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" [QS.Ibrahim (14):7]

kesederhanaan dalam islam

Islam sangat paham akan kondisi yang dialami manusia. Bicara soal kondisi, tentu yang terbersit paling signifikan adalah masalah harta. Inilah yang banyak dibicarakan dalam ranah masyarakat. Islam datang dengan ajaran mulia dengan menerapkan kesederhanaan.
Berbicara tentang kesederhanaan, tentunya akan lebih dalam mengulas bagaimana kondisi sekarang yang serba butuh dan tentunya itu merupakan suatu keharusan dalam hidup.
Agama Islam menganjurkan agar umatnya senantiasa hidup sederhana dalam semua tindakan, sikap dan amal. Islam adalah agama yang berteraskan nilai kesederhanaan yang tinggi. Kesederhanaan adalah satu ciri yang umum bagi Islam dan salah satu perwatakan utama yang membedakan dari umat yang lain. Dengan begitu suatu konsep yang bagitu bagus dalam agama islam untuk mengajak manusia agar hidup sederhana.
Atas prinsip inilah, maka umat Islam yang sejati merupakan umat yang adil dan sederhana. Merekalah yang akan menjadi saksi di dunia dan di akhirat di atas setiap penyelewengan, penindasan serta penyimpangan ke kanan maupun ke kiri dari jalan pertengahan yang lurus.
Satu perkara yang harus kita sadari sebagai umat Islam yaitu konsep sederhana meliputi aqidah (keyakinan), aspek ibadah dan cara melaksanakannya, akhlak dan cara hidup, berinteraksi antar sesama dan segala sesuatu yang menyentuh persoalan kehidupan dunia.
Kesederhanaan adalah budaya yang telah diterapkan oleh Rasulullah Saw. Budaya sederhana dan sentiasa mendaulatkan prinsip keadilan serta kemanusiaan inilah yang membentuk generasi Islam yang begitu mantap dan berkualitas. Generasi yang dididik oleh Nabi Muhammad Saw dengan ciri kesederhanaan dan penghayatan memahami Islam yang sejati berlandaskan cahaya al-Quran itulah yang akhirnya berhasil mengangkat panji-panji Islam ke seluruh dunia.
Sebagai generasi terbaik umat Islam sudah sepantasnya untuk menyederhanakan dalam segala apapun, tentunya harus melihat bagaimana kita menyikapi bentuk sederhana tersebut. Hal inilah yang aka nada nilai harga dalam diri umat islam dan akan menjadi modal untuk menerapkan strategi keberhasilan. Karena dengan sifat yang berlebihan itu akan timbul sifat yang bisa merusak keberhasilan umat islam. Koridor peraturan yang ada pada islam tentunya juga menjadi acuan dalam menjalani hidup sederhana.
Dua hal di antara cara untuk menerapkan sifat kesederhanaan dalam diri kita. Pertama, dengan mengawal serta menundukkan hawa nafsu yang bergejolak dalam diri. Allah Swt dan Rasulullah Saw sering mengingatkan kita agar mengawal hawa nafsu dan tidak berlebihan di dalam melakukan sesuatu.
Ini adalah karena hawa nafsulah yang selalu menjeruskan manusia ke kancah kebinasaan. Disebabkan gagal mengawal hawa nafsu, kita sering melakukan pemborosan dan berlebihan. Berbelanja lebih daripada kebutuhan, sedangkan masih banyak yang lebih memerlukan bantuan untuk menopang kehidupan mereka.
Kedua, menjiwai sifat kesederhanaan. Kita harus bijaksana dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dengan sikap tersebut kita dapat mengetahui dengan pasti perkara-perkara yang lebih memerlukan perhatian dan tumpuan masa, tenaga ataupun uang. Tanpa mengetahui dengan pasti perkara-perkara yang harus didahulukan maka kita akan lebih cenderung untuk mengikut hawa nafsu sehingga gagal di dalam mengimbangi urusan kehidupan.
Hakikatnya, mencari keseimbangan dan kesederhanaan dalam semua aspek kehidupan adalah sesuatu yang sukar. Desakan hawa nafsu dalam diri manusia mengatasi kewarasan dan kebenaran akal fikir kita. Ia hanya dapat dibendung dengan penguasaan iman dan ilmu pengetahuan.
Dengan hidup sederhana, Islam sangat menghormati manusia. Sangat jelas bahwa hidup sederhana itu bisa membuat kenyamanan dalam hidup dan juga memberi dampak positif bagi kehidupan di sekelilingnya.
Penulis: Mahrus Sholeh, Alumni PP Sabilal Muhtadin (1997-2003), Mahasiswa Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Ampel Surabaya