Selasa, 24 April 2018

MELIHAT DARI YANG TAK BIASA dan MEMANDANG DENGAN CARA YANG TAK BIASA

TUMBUH DI KETIAK GUNUNG
Hidup dan kehidupan merupakan hal yag tak bisa dielakan dalam menjalani roda kehidupan mahluk di muaka bumi, alam merupakan bentangan yang menjadi tempat permainan dimulai, semua mahluk hidup berperan sebagaimana perannya sendiri-sendiri.
dalam hidup dan kehidupan ada banyak hal yang dapat di lalui, jalan panjang penuh dengan segala tantangan merupakan penomena yang tidak bisa dihindari.dari segala macam tantangan tentu mengandung banyak pelajaran yang bisa kita petik, bagi mereka yang bisa menerima dan mengambil hikmah dari apa yang mereka alami.
Melihat dari yang tak biasa dan memandang dengan cara yang tak biasa ini merupakan hal yang sering tidak dilakukan oleh orang banyak apabila mengalami tantangan dalam menjalani hidup dan kehidupan, dalam memecahkan suatu masalah misalnya, kebanyakan orang memandang hanya dari sudut pandang dirinya tanpa memandang dari sudut pandang yang lain.
Penomena alam yang dasyat ini menyimpan ribuan ilmu yang tak terhingga jika kita mampu mempelajarinya dengan baik dan seksama.
Sedikit berbagi dalam tulisan kehidupan yang dijalani oleh seorang anak kampung.
Juprin Antu lahir di Batulayar 29 september 1989 Gorontalo. menurut cerita ibu (Masni Pakaya) sejak umur 8 bulan sudah diajak mencari nafkah untuk bercocok tanam di gunung Ollade salah satu bantaran pegunungan yang saat itu dijadikan lahan pertanian bagi sekelompok petani dengan tanaman holticultura. bersama ibu dan Ayah(Anis Antu) dan Kakak (Ulin Antu) digendong ayah dalam perjalanan menuju sebuah lahan milik ayah yang merupakan satu-satunya sebagai penopang kehidupan beberapa tahun yang lalu. sungguh suasana yang luar baisa kala itu. ketika ibu dab ayah di kebun kita berdua di tempatkan di pinggiran kebun yang tak lepas dari pantauan ibu. beberapa tahun tak terasa sudah berlalu masa-masa kecil di perkebunan merukan masa yang sangat indah, bermain layang-layang, makan buah-buahan(pepaya,mangga, nangka, jambu biji,jambu mente) dan banyak hal lain yang dilakukan pada masa itu. untuk memenuhi kebutuhan makan, ayah harus sesekali turun ke pasar dengan perjalanan 1 hari itu artinya jika ayah pergi hari sabtu pulang pada hari minggu begitu perjuangan ayah untuk kami sekeluarga. suatu malam dimalam yang sepi terdengar suara ayam lain dari yang biasanya, ayah ibu mulai bercakap pelan sambil mencari apa gerangan terjadi dengan ayam tersebut, ketika dilihat ternyata ular bersar dengan diameter kira-kira 10-15 cm dan panjang kira-kira 15 meter sedang melahap induk ayam yang bertengger di pohon mangga dekat rumah. tanpa rasa takut ayah yang biasa berburu langsung mengendap-endap menghampiri ular dari belakang dan langsung mengayunkan sebilah parang yang dengan sekali ayun ular tersebut terkapar jatuh dengan kepala hampir putus dari badannya.
beberapa tahun telah berlalu saat usia kami beranjak usia sekolah ayah dan ibu yang tidak mau kami anaknya seperti mereka harus turun gunung menuju perkampungan untuk mendaftarkan kakak ke salah satu sekolah yang ada di kampung, sejak itulah kami sekeluarga meninggalkan gunung tempat berkebun pindak ke kampung dan menggarap lahan/kebun milik nenek yang sudah lama dibiarkan.
Dengan mulai bersekolah kami mendapat banyak pengetahuan baru, namun masih membantu ayah dan ibu berkebun sepulang dari sekolah begitu seterusnya.

SEKOLAH CERITA BARU
 Cuaca hari itu sungguh indah ditemani gemruh angin sepoi-sepoi, kicau burung bersahutan. pagi masih berembun kakak dan aku mulai bersiap menuju tempat baru, suasana baru tempat dimana kami menimba ilmu untuk masa depan, hari itu pertama bagiku mengenyam pendidikan, terasa aneh dimana semua orang di sekelilingku memakai pakaian putih merah yang aku tidak tahu apa arti pakaian tersebut. perkenalan yang indah saat melihat banyak teman sebaya bermain dengan girangnya, aku yang saat itu pemalu bahkan tak mau bergabung dan berkenalan dengan mereka, maklum siswa baru jadi terlihat cupu dan berdiam diri dari kejauahan sambil melihat apa yang mereka perbuat.
kakakku yang saat itu sudah duduk di bangku kelas dua SD ( SDN 1 Batulayar, sekarang SDN 1 Otopade, Kec. Bongomeme, Kab. Gorontalo) terlihat asik bermain dengan teman-temannya, akupun tak mau bergabung dengan mereka sebab mereka adalah perempuan semuanya, dari kejauhan mereka memperhatikan aku sambil tertawa dengan kondisiku saat itu yang berdiam diri tanpa teman, sampai kakakku menghampiriku dan mengajaku berkenalan dengan teman-temannya, sungguh hari pertama sekolah yang membingungkan.
hari-hari telah berlalu suasana yang barupun mulai dialami, beajar, bermain dengan teman-teman yang cukup baik hati mengajakku bermain bola yang terbuat dari daun pisang yang sudah kering.
Noni teman yang selalu berangkat ke sekolah bersamaku, dia cukup pintar dan itu peluang buatku yang memiliki pengetahuan di bawah standar dimana nilaku selalu tidak bisa masuk 10 besar dari 13 siswa, dia juga yang selalu meminjamkan bukunya untuk kutulis materi pelajarannya sebab aku cukup malas menulis.
pulang sekolah aku membantu bapak kerja di kebun, kami menanam banyak tanaman, diantaranya pisang, jagung, kacang, dan sayuran.
disaat banyak teman - temanku ketika pulang sekolah bermain, aku hanya dapat melihat mereka saat aku berangkat ke kebun membantu ayah dan ibu yang saat itu sudah tinggal di sebuah gubuk yang berada di kebun, jadi ke esokan harinya aku berangkat ke sekolah dari kebun singgah di rumah bibiku untuk ganti pakaian seragam sekolah, begitulah hari-hari yag aku jalani sampai aku duduk di kelas 4 SD.
Di kelas 4 inilah saat berkabung bagiku, nenekku tercinta pergi meninggalkan kami semua, saat mendengar berita itu aku langsung pulang dari sekolah izin sama guruku. tiba di rumah dengan nafas tersendat-sendat ibuku langsung menyuruhku pergi kerumah nenekku ibu dari ibuku yang tempat tinggalnya cukup jauh dari rumahku, namun dengan sigapnya aku langsung pergi sambil menangis tersedu-sedu.
tiba malam harinya aku tidur di rumah sendirian dimana tempat pemakaman nenekku berada tepat di belakang rumah sementara ibu dan bapak berada di rumah bibiku menemani nenek yang sudah meninggal dan akan dikuburkan pada esok harinya.
pada saat perayaan hari ke 40 atas meninggalnya nenek aku disunat dengan kata lain saat itu aku sudah baliq, suasana yang cukup mengharukan bagiku saat itu.
beberapa bulan kemudian seperti biasanya aku sering membantu ayah di kebun namun setiba di kebun ayahku tidak ada mungkin sedang ke kali memberi minum sapi-sapinya, saat aku di kebun aku melihat pohon jambu biji dan berbuah dengan senangnya aku memanjat pohon jambu itu, akan tetapi nasib buruk menimpaku, aku terjatuh dari pohon itu, karena takut dimarahi ibu aku tidak mengatakan kejadian itu, sampai suatu hari aku jatuh sakit hingga berdiri dan bangun tidurpun aku harus dipapah.
ibu dan bapak saat itu sedih melihatku sakit terbaring hampir sebulan lamanya, segala jenis obat dan pengobatan telah aku jalani sampai suatu hari saudara dari ibuku yang berada di botupingge/ Kabila mengatakan bahwa di suwawa/Bulontala ada seorang tukang pijat mampu mengatasi penyakit yang aku derita dan saat itu juga ibu mengajakku kesana dan benar hanya dengan dipijat olehnya beberapa kali kesehatanku mulai pulih dan ia mengatakan bahwa aku mengalami patah tulang belakang, dan hingga sampai saat ini aku pulih total dan mulai sekolah lagi meski hampir 3 bulan lamanya aku tak sekolah karena sakit.
banyak pelajaran yang terlewatkan olehku saat itu, namun ada teman baikku Noni yang bersedia membimbingku dengan cara meminjamkan buku-bukunya untuk kupelajari dan sukurlah  aku bisa naik kelas.
saat aku duduk di kelas enam Noni juga sering membantuku, di kelas enam aku mulai bisa bersaing dengan Noni serta teman-temanku yang dulunya aku peringkat tidak sampai 10 besar saat kelas enam masuk peringkat 10 besar dan lulus dengan nilai yang cukup bagus.

PUTIH DONGKER DAN ABU-ABU PELAJARAN HIDUP
suasana ceria masih terngiang diingatan waktu pengumuman kelulusan Sekolah Dasar, terpikir olehku apakah aku hanya sampai disini? setiap hari aku memikirkanya membuat otak pusing dan kepala panas. namun aku memutuskan untuk tidak berhenti sampai disini saja, aku ikut kakaku ke Botupingge dan bersekolah disana.
dan benar dengan nilak yang cukup baik aku terterima di SMPN 2  Kabila.
hari pertama masuk MOS ( masa orientasi siswa ) yang melelahkan, yang benar saja seluruh peserta MOS sering dapat hukuman lari keliling lapangan siang hari cukup panas bukan!, namun cukup berkesan sebab dilaksanakan bersama-sama. pada saat mengikuti kami mendapat materi tentang Peraturan bari berbaris, selayang pandang lingkungan sekolah dan banyak lagi, saat MOS selesai seluruh  siswa baru dibagi dalam tiga kelas yakni: kelas A, B dan C, aku masuk di kelas B beserta sekitar 30 siswa baru lainnya.
setiap pagi aku dan kakakku selalu berangkat bersama menempuh perjalanan sekitar 30 -- 45 menit ke sekolah dengan berjalan kaki, maklum saat itu belum banyak kendraan roda dua dan roda empat.
 setiap harinya pulang sekolah aku sering mambatu kakek di kebun yang tempatnya cukup jauh dari rumahnya tempat tinggal selama aku bersekolah, disana aku dan kakek menanam banyak tanaman, seperti jagung, kacang, tebu, dan sayuran. ya!, dengan pengalaman waktu di kampung bersama bapak tentu bagiku perkerjaan ini sangatlah mudah.
beberapa bulan bersekolah aku mendaftar disalah satu tempat pengajian Alquran ( TPA )di desa itu, aku yang seusia itu belum bisa mengenal huruf Hijaiyah merasa mender dengan santri lainya yang usianya masih SD namun dengan tekat dan keinginan yang kuat aku tetap belajar meski santri lain mengejekku. hahahah, masa sudah SMP belum bisa baca Alquran masih iqro 1 lagi.
pelajaran di TPA sangat berarti bagiku, disana aku belajar membaca Alquran, salat berserta bacaannya. hal yang paling senang ku lakukan adalah membawa celengan masjid keliling desa pada kamis sore sebab ada masyrakat yang kasih uang ada juga yang kasih kue dan camilan selama perjalanan keliling membawa celengan.
tak terasa aku sudah duduk di kelas 2 SMP, keseharian di rumah kakek adalah hal yang luar biasa, mulai dari berkebun, memberi makan sapi, mencari makan di hutan. hal itu memberi banyak peajaran hidup bagiku, meski aku tinggga bersama kakek aku mendapat kiriman dari kampung uang sebesar Rp. 50.000 dan beras sekadarnya untuk biaya hidup dan sekolah setiap bulannya.uang yang digunakan untuk bayar SPP sisanya buat beli peralatan tulis menulis rasanya tidak cukup. oleh sebab itu aku sering membantu kakek di kebun untuk mendapa sesuap nasi, bila tidak merasa kenyang aku mengambil buah pepaya di kebun untuk kumakan, mencarikan kayu bakar untuk tante yang buat pisang goreng untu dijualnya sekadar mendapat sepotong pisang goreng sebagai upah dari mengambil kayu bakar.
setiap pagi sebelum berangkat sekolah aku harus bersihkan rumah, menyapu sedangkan kakaku mencuci piring sebab kalau tida pasti dimarahin setiba dari sekolah.
suau hari aku pergi bersama pamannku setiba dari sekolah untuk ke gunung menanam pohon dari pemerintah desa untuk program reboisasi hutan dan upahnya aku gunakan untuk keperluan pribadi dan sekolah.
sampai tak terasa aku sudah lulus SMP dan pulang kampung, kakaku saat itu lebih dahulu lulus sudah lanjut sekolah di SMK Limboto, aku pulng ke rumah bapak, sambi berfikir apakah aku berhenti sampai disini? pertanyaan yang muncul waktu aku lulus SD dulu mulai datamg lagi, aku berfikir tidak lenjut dan hanya mendukukung kakakku saja, namun tiba satu malam dimana aku berfikir keras dan menyimpulkan aku harus lanjut, akupun mendaftar di sekolah dimana kakakku berada saat itu namun tidak diterima sebab sudah lebih kuotanya, akupun mendaftar di sekolah lain namun tidak lulus, akan tetapi beberapa hari kemudian salah satu guru di sekolah itu yang ternyata masih keluarga dari kakeku tempat aku sekolah SMP dulu, akhirnya dia membantuku untuk masuk SMA itu.
dimasa SMA aku dapat sepeda dari ibuku untuk digunakan ke sekolah, aku tinggal kembali bersama kakek tempat aku SMP dan jarak dari rumah ke sekolah cukup jauh kira-kira sekitar 1 jam dengan menggunakan sepeda. namun aku tinggal bersama kakek tidak sampai tamat SMA hanya sampai kelas 2 SMA,sebab aku sudah tidak tahan dengan pekerjaan yang dibebankan padaku lebih berat dari waktu SMP dulu, dan aku pindah mendekati sekolah mencari kos-kosan sebagai tempat tinggal, masa SMA aku mendapat pelajaran yang cukup baik dari para pengajar yang baik sehingga saat itu aku termasuk orang yang mahir dalam pelajaran matematika dan ekonomi akuntansi. disaat teman-temanku bermain, aku  memanfaatkan waktu luang untuk belajar, kadang membantu ibu kos memperbaiki rumahnya.
Di SMA pada umumnya banyak siswa mengalami masa puberitas, dan akupun termasuk didalamnya, bahkan SMA aku terkesan anak pendiam tapi ceweknya lebih dari satu, ya! bahkan satu kelas dua cewek sekaligus aku pacarin, dan itu saling mengenal, satu kata yang temanku katakan saat itu ' mantap', namun hubungan itu tidak berangsung lama sebab cewek yang satunya menuntuk aku harus 'romantis' dan aku tidak bisa mewujudkannya karna aku bukan cowok seperti itu. disinilah aku merasakan pertama kali sakit hati saat pacarku selingkuh, itu yang membuatku tobat pacaran.
tak terasa masa SMA terlewatkan bersama masa indahnya, saat aku menunggu pengumuman kelulusan, ada  teman mengajaku untu kursus komputer/ mengetik dan aku ikut bersamanya, ditempat kursus aku melaluinya dengan baik sebab kursus yang kuambil hanya kursus singkat dan itu menjadi modal utama saat itu. saat pengumuman kelulusan SMA, aku dinyatakan lulus, semua bergembira sambil mencoret-coret baju seragam, ya! itu tradisi SMA sampai sekarang masih ada yang melakukannya.