DIBALIK AWAN GELAP SELALU ADA MATAHARI YANG
BERSINAR TERANG
Salah satu provinsi dari 33 provinsi yang ada
di indonesia yaitu provinsi Nusa Tenggara Timur, kisah perjuangan 18 peserta
program Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM-3T)
dari Gorontalo.
Perjuangan yang mulia yakni perjuangan dengan
motto “Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia” mengukir prasasti pendidikan
sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.
Jejak dari salah seorang peserta SM-3T, Juprin
Antu. yang bertugas di SD Inpres Lekom, Kecamatan Pantar Timur, Kabupaten Alor,
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jauh di daerah pulau pantar dataran tinggi
pegunungan pulau pantar terletak beberapa sekolah dasar salah satunya adalah
sekolah yang mana menjadi tempat tugas selama kontrak satu tahun, lokasi yang
belum pernah dibayangkan sebelumnya akan mendapat tempat tugas seperti
demikian. Lokasi tersebut ditempuh dengan
perjalanan laut menggunakan perahu motor selama 4-5 jam rute pelabuhan kalabahi
pantai reklamasi – kabir kecamatan pantar, dari kabir mendaki gunung dengan
ojek selama 5-6 jam dengan medan yang cukup terjal melawati beberapa lapis
gunung menyusuri hutan belantara. Kemudian rute pelabuhan AWU kalabahi –
pelabuhan Tamalabang selama 3 jam, perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki
mendaki gunung dengan ketinggian 700 m dari permukaan laut selama 3 jam
menyusuri hutan, lereng gunung, dan tebing. Sungguh perjalanan yang sangat
memacu adrenalin, menguji pisik dan mental sebagai seorang guru.
Tanggal
3 november 2012 perjalanan menuju tempat tugas bersama kepala sekolah bersama
salah seorang guru honor melalui rute pelabuhan reklamasi-kabir, selama
perjalanan tersimpan segudang tanda tanya mengenai seperti apa dan bagamana
kondisi tempat tugas yang akan didatangi. Selama perjalanan laut terhibur
dengan panorama alam pegunungan, laut, bahkan sekelompok ikan lumba-lumba
sedang asyik bermain membuat perjalanan yang memakan waktu 5-6 jam tak terasa.
Tiba di pelabuhan kabir hari sudah sore kondisi tidak memungkinkan melakukan
perjalanan ke tempat tugas berhubung kita masih tergololng orang pendatang.
Oleh kepala sekolah masih menginap di rumah bapaknya semalam, sungguh suasana
malam yang mencekam ditempat itu, gelap, sepi dan masih banyak lagi. Suasana
malam terlewati matahari pagi telah terlihat sembari mempersiapkan bekal
perjalanan menuju lokasi membali bahan makanan untuk beberapa waktu kedepan.
Tanggal 4 november 2012 sore hari tepat jam 15:00 kaita berangkat menuju tempat
tugas dengan perjalanan ojek, sungguh perjalanan yang tidak dibayangkan
sebelumnya menempuh tempat seperti itu, naik gunung turun gunung, lembah
dikelilingi hutan belantara.hingga tiba pada jalan menanjak motor tidak bisa
naik dan terpaksa untuk beberapa meter ditempuh dengan jalan kaki. Sepanjang
perjalanan dimanjakan dengan panorama alam pegunungan yang sangat indah membuat
perjalanan yang sangat melalahkan menjadi tak terasa, tiba disuatu kampung yang
merupakan bagian dari desa tempat tugas, singgah di rumah komite sekolah dan
disitulah terasa efek perjalanan panjang hingga perasaan tidak enak, pusing,
mual sampai muntah, suatu peristiwa yang sangat memalukan. Setelah istrahat
beberapa saat kita melanjutkan perjalanan ke lokasi sekolah dan tibalah di
sebuah rumah yang merupakan tempat tinggal selama melaksanakan tugas di daerah
itu.
Keesokan
harinya tepat tanggal 5 november 2012 hari pertama melaksanakan tugas, sebelum
melaksanakan tugas diawali dengan perkenalan dengan seluruh siswa dan guru-guru
di sekolah tersebut. Hari itu masih melakukan pemantauan tentang kondisi,
keadaan, sambil melihat sekeliling sekolah dan sedikit-sedikit melihat kearah
lingkungan desa yang dikelilingi oleh hutan, perkebunan, gunung dan lain-lain
sungguh tempat yang terpencil, terpelosok serta jauh dari keramaian. Tanggal 6
november 2012 hari kedua melaksanakan tugas dan malai mengenal dekat dengan
siswa yang pada saat itu ditugaskan sebagai guru kelas VI tatap muka dengan
siswa mulai terjadi proses pembelajaran pun dilakukan serta tugas-tugas dari
kepala sekolah mulai disodorkan, dimulai dari membuat perangkat pembelajaran
untuk semua mata pelajaran dan ditulis secara manual, awal yang sangat bagus
dan menantang sebagai seorang guru muda, akan tetapi hal dijadikan semangat dan
sadar akan tanggungjawab sebagai seorang guru.seusai pulang sekolah dan setelah
istirahat siang mulai membuat perangkat pembelajaran yang ditugaskan oleh
kepala sekolah, disamping itu mulai merencanakan apa yang akan dilaksanakan
untuk program kemasyarakatan. Lingkungan masyarakat semua masih
tradisional,bercocok tanam masih menggunakan metode tradisional, mengandalkan
curah hujan sebagai ujung tombak perkebunan agar lahan bisa ditanami, musim
hujan yang hanya jatuh pada bulan desember-april merupakan kesempatan untuk
bercocok tanan seperti jagung, umbi-umbian dan padi.
Setelah beberapa hari ditempat tugas segudang
tanda tanya dalam pikiran satu persatu mulai menemukan jawabannya, kondisi desa
yang sulit akan air bersih dan yang menjadi alternatif adalah hanya
mengandalkan air hujan yang ditampung dalam penampungan air, itupun kalau musim
hujan jika musim kemarau masyarakat harus menghemat air hanya untuk di konsumsi,
makan, minum, sedangkan untuk mandi dan cuci baju sangat jarang dilakukan, dan
pada saat itu saya mandi hanya satu kali dalam seminggu dengan menggunakan lima
liter air, benar-benar kondisi yang sangat memprihatinkan. Sealin itu kondisi
penerangan yang jika ada bahan bakar jenis bensin mereka bisa menggunakan mesin
jenset untuk penerangan pada malam hari jika tidak masyarakan menggunakan lampu
minyak tanah atau yang sering mereka sebut pelita. Berbagai persoalan yang
sangat kompleks saya hadapi, seperti kekurangan air, listrik, jangkauan kepasar
dengan jalan kaki, letak geografis desa jauh di atas pegunungan membuat saya
hampir tidak bisa berbuat apa-apa. Akan tetapi saya tetap berusaha untuk
melakukan apa yang bisa dilakukan di daerah seperti ini.
Setelah libur
semester 1 tahun pelajaran 2012-2013 dan tanggal 7 januari awal kegiatan pembelajaran semester 2 untuk
itu saya memulai perjalanan ke tempat tugas melalui jalur laut pada tanggal 5
januari 2013setitar 3 jam perjalanan menggunakan perahu motor setiba di pelabuhan tamalabang dilanjutkan
dengan jalan kaki mendaki gunung menyusuri jalan setapak melewati hutan dan
perkebunan rakyat selama 3 jam. Sungguh perjalanan yang panjang dan sangat
melelahkan dengan beban barang bawaan sekitar 10 kilogram, beru berjalan
sekitar 1 jam efek perjalanan mendaki gunung mulai terasa, perasaan mulai
pusing, perut mual dan langsung muntah pada saat itu, teman yang menemani
perjalanan dan juga sebagai guru di tempat saya bertugas takut dengan keadaan
saat itu sambil bertanya “pak masih kuat untuk berjalan?” dengan napas
terengeh-engah saya menjawab “masih bisa! Ini adalah perkenalan alam dengan
saya” sambil tersenyum memikul ransel dan sebuah kardus berisi media
pembelajaran dll. Beberapa jam kemudian tibalah di rumah tempat menginap selama
melaksanakan tugas sebagai guru SM3T di SD Inp. Lekom.
Januari 2013
merupakan awal musim hujan yang disertai
angin kencang bertiup dari arah barat yang oleh masyarakat disebut musim Barat,
peringatan dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) kabupaten Alor “bahwa
dari tanggal 8 sampai tanggal 17 untuk bulan januari 2013 seluruh aktifitas
pelayaran laut kabupaten alor dihentikan sebab diprediksikan akan ada hujan
disertai angin kencang dan gelombang besar”. Rasa syukur terlintas dibenak
karena saat itu sejak tanggal 6 saya sudah di tempat tugas, dan saat itu juga
alor diguyur hujan lebat disertai angin kencang baik siang maupun malam sungguh
peristiwa yang sangat menakutkan dilokasi tempat saya bertugas sebab dari letak
georafis Desa Lekom/SD Inp. Lekom terletak di ketinggian 700 meter dari
permukaan laut dikelilingi hutan pohon kemiri dan masih banyak pohon lain yang
setiap saat bisa tumbang, halaman rumah dipenuhi genangan air, saat malam tiba
cuaca sangat dingin sampai-sampai tempat tidur, pakaian, lantai rumah semua
lembab kecuali satu tempat yang masih kering yaitu tungku yang seringkali
digunakan untuk memasak.
Keesokan harinya
masuk sekolah meskipun cuaca demikian anak-anak tetap datang untuk menerima
pelajaran diawal semester 2, rasa prihatin, sedih, kagum membaur jadi satu
hingga tak terasa air mata berlinang melihat siswa dengan antusias meskipun
nyawa mereka terancam pada saat perjalanan menuju sekolah melewati hutan kemiri
yang setiap saat bisa tumbang menimpa mereka, melihat kondisi saat itu dengan
alasan kelselamatan siswa sekolah member kebijakan untuk meliburkan siswa untuk
beberapa hari kedepan sampai cuaca agak membaik.
Hari-hari dilewati
tanpa ada secercah sinar matahari sebab tertutup kabut hitam nan tebal yang setiap
saat turun hujan yang disertai angin kencang, dengan kondisi cuaca saat itu
sangat jarang masyarakat untuk keluar rumah, jarak pandang yang sangat pendek
kita tidak bisa melihat lebih dari jarak 10 meter sebab tertutup kabut, semua
aktifitas di luar rumah tidak berjalan sebagai mana biasanya. Peristiwa seperti
ini baru saya alami, orang tua asuh saya saat itu sering bertanya” Bapak bisa
bertahan tidak dengan kondisi seperti ini?” dengan perasaan sedih sambil
menarik napas panjang saya berkata” mudah-mudahan bisa ini perkenalan alam
dengan saya” dengan mata berkaca-kaca ibu dan bapak asuh bercerita mengihibur
saya ditemani anak kecil umur 3 tahun, cerita tentang sejarah desa lekom, SD
Inp. Lekom yang kebetulan bapak dari ibu asuh saya adalah seorang penggagas
sekaligus pendiri SD Inp. Lekom. Hal seperti itu yang kami lakukan setiap
bangun pagi dan menjelang malam duduk di depan tungku sambil bakar pisang
sekedar mengganjal perut dipagi hari dan malam hari sebelum tidur, cuaca yang
sangat dingin, hujan disertai anging kencang di luar rumah.
Sekitar dua minggu
kondisi cuaca buruk dilalui sampat pada minggu keempat bulan januari cuaca
sudah mulai membaik, anak-anak mulai masuk sekolah dan belajar sebagai mana
biasa meskipun genangan air ada dimana-mana, tapi matahari masih enggan
menampakan sinarnya,melihat keadan seperti ini banyak masyarakat yang prihatin
kepada saya sebab saya tetap melaksanakan tugas mengajar meskipun hanya
sendirian tanpa ditemani guru-guru lain dan entah kemana mereka saat itu,
setelah pulang sekolah ada seorang anak muda berkata kepada saya” bapak
guru yakinlah bahwa Dibalik Awan Gelap Selalu Ada Matahari Yang
Selalu bersinar Terang”
kalimat pendek namun memiliki makna yang sangat luas, sambil tersenyum terharu
saya melambaikan tangan dan berterimakasih kepadanya karena telah memotivasi
untuk terus berjuang MAJU BERSAMA
MENCERDASKAN BANGSA.